RI Miliki Potensi Besar di Pasar Karbon
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai perdagangan di bursa karbon Indonesia mencapai 30,7 miliar rupiah dengan volume perdagangan 490.716 ton setara karbondioksida (CO2e) sejak diluncurkan perdana pada 26 September 2023 hingga 30 November 2023. Sebagai rinciannya, 30,56 persen di pasar reguler atau senilai 9,38 miliar rupiah, 9,24 persen di pasar negosiasi atau 2,84 miliar rupiah, serta 60,2 persen di pasar lelang atau 18,48 miliar rupiah.
"Ke depan, potensi bursa karbon di Indonesia masih besar mengingat 71,95 persen karbon yang ditawarkan masih belum terjual," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, awal pekan ini.
Awasi Ketat
Meski demikian, Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Heru Kristiyana, memperingatkan penerapan perdagangan bursa karbon perlu diawasi secara ketat. "Hal ini disebabkan adanya tantangan bahwa bursa karbon dapat dijadikan sebagai media green washing akibat carbon offset, yang mana perusahaan seolah-olah menurunkan emisi karbon, meskipun pada kenyataannya masih menyumbang emisi karbon cukup besar," kata dia di Jakarta, beberapa pekan lalu.
Bursa karbon adalah pasar tempat perdagangan izin emisi karbon dan kredit karbon yang dihadirkan sebagai bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mengatasi perubahan iklim. Bursa karbon bertujuan menciptakan insentif bagi perusahaan dan negara guna mengurangi GRK dengan cara menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya