Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kesepakatan AS-Tiongkok | Indonesia Perlu Perkuat Industri Furnitur, Karet, dan Elektronik

RI Harus Masuk "Global Value Chain"

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Setidaknya ada tiga industri yang seharusnya diperkuat untuk bisa mensubstitusi atau menjadi bagian supply chain produk Tiongkok di Pasar AS, yaitu industri karet, furnitur, dan elektronik.

Pertama, Indonesia merupakan pemain ke-6 terbesar dalam industri karet yang menguasai pangsa pasar AS, mengingat 42 persen produk karet Indonesia dikenakan pembebasan tarif GSP. "Produk utamanya seperti ban truk, bus, ban radial, sarung tangan medis, dan karet," ungkap Esther.

Meski demikian, lanjut dia, industri karet Indonesia menghadapi enam masalah, antara lain mutu karet dari Indonesia belum konsisten, letak geografis Indonesia relatif jauh dari konsumen sehingga biaya transportasi karet dari Indonesia lebih mahal daripada tiga negara produsen karet lainnya (Vietnam, Malaysia, Thailand), pasokan bahan baku karet kurang dibandingkan permintaanya sehingga karet dengan kualitas rendahlah yang banyak diperdagangkan.

"Biaya produksi juga relatif lebih tinggi dibandingkan negara produsen lain karena ketidakpastian pasokan bahan baku, bahan penolong, energi, logistik dan pembiayaan terhadap industri karet," ujarnya.

Kedua, industri furnitur. Meskipun ekspor produk furnitur tidak sebesar produk karet, Indonesia termasuk 10 besar eksportir di pasar AS dengan nilai ekspor sebesar 0,9 miliar dollar AS pada 2018.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top