Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Global

RI Bersiap Jadi Pusat Produksi Turunan Sawit

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia berpeluang menjadi pusat (hub) produksi turunan sawit global pada 2045 apabila hilirisasi berbasis sumber daya alam ini terus dipacu. Terlebih lagi, Presiden Joko Widodo telah mengarahkan untuk segera menghentikan ekspor minyak sawit mentah (CPO).

Apabila RI menjadi pusat produksi turunan sawit global akan membuat Indonesia menjadi penentu harga CPO global. Pasalnya, Indonesia sudah menguasai pasar ekspor crude palm oil (CPO) di kancah global sebesar 55 persen.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika menyebut Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan produk hilir turunan minyak sawit. Hal ini didukung ketersediaan bahan baku industri yang melimpah, dimana produksi CPO dan crude palm kernel oil (CPKO) mencapai 52,14 juta ton pada 2020.

Selain itu, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa merupakan potensi pasar yang sangat besar untuk produk hilir minyak sawit pangan, personal wash, personal care, hingga biofuel. "Indonesia berpredikat sangat unggul pada supply and demand minyak sawit dunia," ungkap Putu Juli di Jakarta, Kamis (21/10).

Adapun Kemenperin, kata dia, fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri berbasis minyak sawit. Upaya strategis ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal sekaligus mendorong masuknya investasi dan pendalaman struktur manufaktur dalam negeri.

Selama 2016-2020, rasio volume ekspor bahan baku dengan produk olahan berada di tingkat 20 persen berbanding 80 persen. Hingga Agustus 2021, rasio volume ekspor meningkat menjadi 9,27 persen berbanding 90,73 persen.

Saat ini, lebih dari 160 ragam jenis produk hilir olahan minyak sawit telah mampu diproduksi di dalam negeri, di antaranya untuk keperluan pangan, fitofarmaka, bahan kimia (oleokimia), hingga bahan bakar terbarukan (biodiesel). "Angka ragam jenis ini naik signifikan dari ragam jenis pada 2011 mencapai 54 jenis produk," tambahnya.

Kemenperin memproyeksi nilai ekonomi sektoral industri perkelapasawitan dari hulu sampai hilir mencapai 750 triliun rupiah per tahun, di mana 300 triliun rupiah disumbang dari devisa ekspor.

Pendalaman Manufaktur

Pada kesempatan lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan upaya pendalaman struktur industri manufaktur di Indonesia, juga perlu didorong melalui kebijakan hilirisasi berbasis sektor primer.

"Selama ini, hilirisasi dapat bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah terhadap perekonomian nasional, di antaranya peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan industri manufaktur di dalam negeri," tuturnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top