Rezim Assad Jatuh, Sekjen PBB: Suriah Punya Kesempatan Bersejarah untuk Perdamaian
Seorang pria mengibarkan bendera oposisi Suriah saat merayakan keruntuhan rezim Partai Baath yang berkuasa selama 61 tahun di Lebanon, Minggu (8/12).
Foto: Antara/Reuters/Amr Abdallah DalshISTANBUL - Suriah kini menghadapi peluang bersejarah untuk mengejar masa depan yang damai dan stabil, ujar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Minggu (8/12).
“Setelah 14 tahun perang brutal dan jatuhnya rezim diktator, hari ini rakyat Suriah dapat memanfaatkan kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang stabil dan damai,” kata Guterres.
“Masa depan Suriah adalah hak rakyat Suriah untuk menentukan, dan Utusan Khusus saya akan bekerja sama dengan mereka untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya upaya besar untuk memastikan transisi politik yang tertib menuju pembaruan institusi.
“Pada masa sensitif ini, penting untuk menjaga ketenangan, menghindari kekerasan, dan melindungi hak-hak seluruh rakyat Suriah tanpa diskriminasi,” tambah Guterres.
Guterres menegaskan pula bahwa keberadaan tempat dan personel diplomatik serta konsuler harus dihormati dalam segala situasi sesuai dengan hukum internasional.
Ke depan, ia menyoroti perlunya dukungan internasional untuk memastikan bahwa transisi politik Suriah bersifat inklusif, menyeluruh, dan selaras dengan aspirasi sah rakyatnya.
“Kedaulatan, kesatuan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Suriah harus dipulihkan,” ujarnya.
PBB juga tetap berkomitmen untuk menghormati kenangan mereka yang telah menderita selama konflik berlangsung.
Guterres menegaskan dedikasi organisasi tersebut untuk membantu rakyat Suriah membangun negara yang menjunjung keadilan, kebebasan, rekonsiliasi, dan kesejahteraan bagi semua.
“Inilah jalur menuju perdamaian yang berkelanjutan di Suriah.”
Setelah periode relatif tenang, bentrokan antara pasukan rezim Assad dan kelompok anti-rezim kembali pecah pada 27 November di daerah pedesaan barat Aleppo, kota besar di utara Suriah.
Selama lebih dari 10 hari, pasukan oposisi melancarkan serangan kilat, merebut kota-kota penting, dan pada Minggu berhasil menguasai ibu kota, Damaskus.
Kemajuan cepat tersebut, didukung oleh unit militer yang membelot, menyebabkan runtuhnya rezim Assad setelah 13 tahun perang saudara.
Berita Trending
- 1 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 2 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 3 Keren Terobosan Ini, Sosialisasi Bahaya Judi “Online” lewat Festival Film Pendek
- 4 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 5 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
Berita Terkini
- BRI Targetkan Rp1,4 Triliun
- Kejagung dan KPK Koordinasikan soal Ekstradisi Buronan Paulus Tannos
- HUT ke-10, Sociolla Gelar Kegiatan Menarik untuk Komunitas dan Beauty Enthusiast
- PLN Energi Gas lanjutkan Proyek Gasifikasi di Samarinda dan Gorontalo
- Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 17 Tahun