Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Restorator Muda Jepang Berupaya Hidupkan Lagi Patung Kayu Buddha Kuno

Foto : sanjoudou-org

Lindungi Warisan Budaya | Trio restorator Sanjoudou yaitu Kasumi Imura, Ai Naka, dan Reiko Morisaki, memperlihatkan kerusakan sebuah patung kayu yang hendak mereka perbaiki di bengkel mereka yang ada di kota kecil Kanuma, Prefektur Tochigi, Jepang, beberapa waktu lalu. Bengkel Sanjoudou saat ini dipercaya untuk membantu melindungi warisan budaya Jepang. 

A   A   A   Pengaturan Font

Merupakan sebuah pemandangan yang luar biasa menyaksikan tiga restorator perempuan muda sangat serius memugar sepasang patung kayu berusia ratusan tahun. Mereka mengikis lapisan cat yang pudar akibat sinar matahari di salah satu sudut bengkel kerja dan menggunakan resin untuk mengisi lubang-lubang yang digerogoti ulat di sudut lainnya.

Trio restorator berusia 30-an tahun itu adalah Ai Naka, Kasumi Imura, dan Reiko Morisaki yang membentuk Sanjoudou, sebuah bengkel yang khusus merestorasi patung kayu Buddha. Mereka mendirikan bengkel ini tujuh tahun lalu untuk membantu melindungi warisan budaya Jepang.

Naka dan Imura adalah alumni jurusan Konservasi Patung Kayu Buddha di Universitas Seni Tokyo. Sedangkan Morisaki mempelajari bidang Seni Media Rekam di Universitas Toyama. Ketiga perempuan ini pertama kali bertemu pada 2015 di situs Warisan Dunia di Nikko, Prefektur Tochigi. Mereka berada di sana untuk membantu merestorasi patung-patung Buddha setinggi 7,5 meter di Kuil Nikko Rinnoji.

Setelah proyek dua tahun itu selesai, trio itu menghadapi kenyataan buruk yaitu kelangkaan kerja bagi pelaku restorasi. "Kami hanya ingin terus melakukan pekerjaan restorasi, jadi saya mengusulkan kami mendirikan perusahaan sendiri," tutur Naka.

Mereka lalu menamakan usahanya Sanjoudou, yang dalam bahasa Jepang berarti memadukan kekuatan tiga pihak. Usaha ini dijalankan di Kanuma, sebuah kota kecil dekat Nikko di Prefektur Tochigi, Jepang, yang dikenal akan pabrik kayu dan industri perhutanan.

Kabar mengenai usaha unik mereka segera menyebar melalui media sosial dan media setempat. "Pertanyaan mulai berdatangan. Saya kaget mengetahui bahwa selain kuil, orang-orang yang memiliki patung Buddha juga mencari layanan restorasi," ucap Morisaki.

Sejak saat itu, mereka menerima dan melayani beragam jenis permintaan. Dengan meningkatnya reputasi Sanjoudou sebagai profesional terampil, pemilik kuil kecil bahkan meminta bantuan. Selama tujuh tahun terakhir, tercatat ketiga perempuan itu telah memugar lebih dari 70 patung kayu Buddha di seluruh Jepang.

Perajin Kapsul Waktu

Proses restorasinya padat karya dan rumit. Restorasi dimulai dengan fumigasi, pembongkaran, mengisi lubang yang digerogoti ulat, merekonstruksi bagian-bagian yang hilang, memperkuat struktur, merangkai kembali, serta mengecat ulang. Targetnya adalah membuat karya-karya itu bertahan hingga beberapa abad mendatang.

Salah satu proyek yang dirampungkan oleh mereka baru-baru ini adalah Kuil Kosaiji yang berusia 700 tahun yang ada di sebuah kota kecil di Prefektur Kanagawa. Di kuil ini terdapat patung Bodhisattva Jizo yang melambangkan dewa penjaga anak-anak dan telah ditetapkan sebagai benda warisan yang mengandung nilai budaya signifikan.

"Patung Bodhisattva Jizo ini dibuat dengan doa agar anak-anak tumbuh sehat serta kehadiran yang menenangkan bagi orang-orang yang datang untuk berdoa di sini, dari generasi ke generasi. Itu adalah hal yang penting dan itulah alasan saya merasa harus merestorasinya untuk mewariskannya kepada generasi-generasi mendatang," ucap Biksu Kepala di Kuil Kosaiji, Tamano Shinei.

Selama proses restorasi, mereka menemukan azimat di dalam torso patung itu yang menyatakan bahwa perbaikan terakhir patung itu dilakukan 300 tahun lalu.

Sanjoudou memastikan untuk memilih material yang paling cocok demi keawetan maksimum. Sesuai keinginan Biksu Tamano, mereka mempertahankan tampilan patung itu sambil memperbaiki aksesoris serta memperkuat interior agar tahan satu atau dua abad.

Sanjoudou juga memberikan laporan terperinci yang menjelaskan pekerjaan restorasi itu. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan agar generasi berikutnya tahu persis bagian mana yang telah diperbaiki dan material yang digunakan, daripada mengandalkan deduksi dan pengalaman, seperti yang umumnya dilakukan orang yang melakukan restorasi saat ini.

Mengikuti tradisi nenek moyangnya, Biksu Tamano meletakkan satu gulungan tulisan tangan di torso patung itu. Gulungan itu memberikan instruksi mendetail mengenai restorasi patung Bodhisattva Jizo agar pelaku restorasi masa depan bisa mengambil kearifan dari restorasi yang dilaksanakan Sanjoudou.

"Saat restorasinya rampung, kami akan meninggalkan azimat yang menyatakan waktu, pelaku, dan alasan restorasi ini dilakukan. Nama Sanjoudou tentu saja akan juga dicantumkan di dalamnya," kata Numajiri.

"Saya rasa kami bisa mengatakan bahwa kami adalah perajin kapsul waktu," tambah Morisaki. NHK/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top