Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sambut “New Normal” I Mulai Akhir Mei Lalu, Pasar Berbalik Arah Menguat

Reksa Dana Beri Respons Positi

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kinerja industri reksa dana di era penerapan kenormalan baru atau new normal diperkirakan akan menguat. Hal ini tak lepas dari harapan pelaku pasar terhadap adanya pemulihan ekonomi dan bisnis di Tanah Air usai keterpurukan akibat dampak pandemi virus korona baru atau Covid-19.

Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich, mengatakan mulai akhir Mei lalu, pasar kembali berbalik arah menguat alias rebound. Apabila rebound ini berlanjut pada Juni ini dengan konsisten, situasi tersebut kemungkinan berpengaruh positif pada industri reksa dana. "Kita bisa mulai lihat net subscription di reksa dana," ungkapnya kepada Koran Jakarta, Senin (8/6).

Penerapan new normal, lanjut Farash, cukup berpengaruh karena investor jadi berharap pemulihan ekonomi dan bisnis lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya meskipun kasus virus baru masih terus bertambah. "Jadi harapannya ada pemulihan ekonomi," ujar dia.

Seperti diketahui, pemerintah mengingatkan kepada masyarakat untuk menyambut tatanan normal baru setelah pembatasan aktivitas warga untuk menekan penyebaran Covid-19. Dalam perubahan tatanan kehidupan baru, masyarakat tetap menjalankan aktivitas secara normal namun dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19. Penerapan new normal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional akibat aktivitas bisnis yang terhambat selama pandemi.

Pada Jumat lalu (5/6), fase new normal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) sudah resmi diberlakukan. Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan new normal memberikan sentimen positif terhadap kinerja reksa dana di Indonesia.

Tim riset Infovesta Utama mencatat kinerja reksa dana Indonesia secara month to date (mtd) sepanjang bulan ini terpantau membaik. Kinerja reksa dana saham memberikan respons positif tertinggi atau naik sebesar 4,41 persen. Hal ini disebabkan pasar saham lebih sensitif atau mudah bereaksi terhadap sentimen yang baik maupun buruk.

"Kondisi pasar saham yang saat ini dalam harga 'diskon' membuat investor dengan profil risiko agresif aktif mencari peluang untuk potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan," menurut hasil riset Infovesta.

Selanjutnya, pendapatan reksa dana sendiri mencatatkan kenaikan yang didukung arus masuk dana asing ke Indonesia melalui portofolio Surat Berharga Negara (SBN). Penguasaan SBN naik sebesar 6,44 triliun rupiah pada 4 Juni lalu. Selain itu, kenaikan juga didukung penurunan yield obligasi pemerintah 10 tahun sebesar 12 bps ke level 7,11 persen sepanjang bulan ini per 5 Juni.

Waspadai "Second Wave"


Meski demikian, investor perlu berhati-hati karena masih ada potensi risiko terjadinya gelombang kedua atau second wave virus korona akibat pembukaan ekonomi. Selain itu, investor juga perlu memperhatikan isu-isu geopoliti serta data-data ekonomi Indonesia maupun global yang dapat memberikan sentimen negatif terhadap pasar modal.

"Karena itu, investor dengan profil risiko agresif dapat mulai masuk secara bertahap ke dalam instrumen saham seperti reksa dana saham maupun reksa dana indeks & ETF, sedangkan investor dengan profil risiko yang moderat dan konservatif dapat mempertimbangkan pertambahan investasi pada instrumen surat utang," jelas tim riset Infovesta.

yni/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top