Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Energi Terbarukan - Banyak Proyek EBT Terkendala Eksekusi akibat Proses Lelang Berlarut-larut

Realisasi EBT di Bauran Energi Lamban

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Upaya untuk mencapai target realisasi EBT dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2023 terasa sangat berat.

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional hanya mencapai 11,51 persen hingga akhir 2020. Angka tersebut di bawah target yang dipatok pemerintah sebesar 13,4 persen.

"Targetnya 13,4 persen untuk 2020. Tapi memang kalau dirunut ke belakang, capaian 2019 untuk EBT yaitu 9,2 persen. Secara tahunan porsi EBT dalam naik 2,36 persen. Angkanya masih cukup panjang untuk mencapai 23 persen, tapi dengan 2,3 persen dalam satu tahun. Ini capaian yang positif," jelas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, dalam jumpa pers virtual, Kamis (14/1).

Dadan menuturkan peningkatan porsi bauran EBT disumbang oleh implementasi B30, di mana ada tambahan dua juta kiloliter biodiesel. Pemerintah juga mencatat adanya peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 176 MW pada 2020.

"Ada penambahan pembangkit, total 176 MW. Tidak cukup besar kalau ingin menuju target 23 persen di 2025 terutama karena pengaruh pandemi, ada beberapa pembangkit panas bumi yang digeser COD (Commercial Operation Date) mundur ke 2021," katanya.

Tak hanya itu, Kementerian ESDM juga mencatat realisasi investasi di subsektor EBTKE sepanjang 2020 mencapai 1,36 miliar dollar AS atau setara 19,12 triliun rupiah (kurs saat ini 14.057,22 rupiah/ dollar AS). Capaian tersebut sekitar 70 persen dari target sebesar 2,02 miliar dollar AS.

Dadan menjelaskan total realisasi investasi didominasi separuhnya oleh investasi di bidang panas bumi. "Target 2020 itu 2,02 miliar dollar AS, kita berhasil di 1,36 miliar dollar AS (pada 2020), itu dari investasi panas bumi separuhnya dan sisanya aneka EBT, tapi mainly (umumnya) dari PLTA dan PLTS," katanya.

Dadan menjelaskan investasi di bidang panas bumi pada 2020 mencapai 702 juta dollar AS dari target 1,05 miliar dollar AS; aneka EBT mencapai target 540 juta dollar AS; bioenergi mencapai 108 juta dollar AS dari target 420 juta dollar AS; dan investasi di konservasi energi yang mencapai target delapan juta dollar AS.

Untuk 2021, Kementerian ESDM menargetkan investasi sebesar 2,05 miliar dollar AS, namun dengan komposisi yang sedikit berbeda. Rinciannya yaitu 730 juta AS investasi panas bumi, 1,2 miliar dollar AS investasi aneka EBT, 68 juta investasi bioenergi dan 10 juta dollar AS investasi konservasi energi.

Terkendala Eksekusi

Terkait rendahnya realisasi investasi EBTKE pada 2020, Direktur Eksekutif IESR (Institute for Essential Services Reform), Fabby Tumiwa, sangat menyayangkan capaian tersebut.

"Ini bisa dimaklumi karena Covid-19. Tapi, kita juga tahu bahwa banyak proyek ET mengalami kendala eksekusi karena proses lelang dan pembahasan PPA (power purchase agreement) yang berlarut-larut dengan PLN," tegas Fabby.

Baca Juga :
Forum Investasi

Ekspektasi pelaku usaha, lanjut Fabby, ialah Perpres harga energi terbarukan segera terbit dan pengadaan pembangkit di PLN perlu dilakukan dengan cepat, dan perlu upaya debottlenecking dan penyelesaian atas proyek-proyek ET yang terkendala.

ers/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Antara

Komentar

Komentar
()

Top