Real Madrid Tetap Terkaya

MADRID - Real Madrid tetap menjadi klub sepak bola paling kaya di Eropa, meskipun kekayaan klub-klub Liga Inggris terus meningkat. Demikian menurut sebuah laporan yang diterbitkan Kamis (26/5) oleh analis Football Benchmark. Laporan tersebut memeringkat 32 klub paling terkemuka di Eropa. Mereka menghitung nilai kekayaan berdasarkan laporan keuangan tahunan dan nilai skuad.

Madrid yang akan menghadapi Liverpool di final Liga Champions, Sabtu ini, keluar sebagai teratas untuk tahun keempat berturut-turut dalam laporan tersebut. Los Blancos memiliki pendapatan 3,184 miliar euro (49,8 triliun rupiah).

Jumlah itu masih kurang dari pendapatan mereka pada tahun 2020, tepat sebelum pandemi yang hampir 3,5 miliar euro. Laporan menunjukkan bahwa Madrid adalah salah satu dari sedikit klub yang mencatatkan laba bersih kedua musim yang terkena dampak pandemi.

"Real Madrid telah memperpanjang keunggulan di puncak karena kesuksesan dalam prestasi olahraga dan komersial berkelanjutan," ujar penulis laporan itu, Andrea Sartori. Dikatakan, Madrid kehilangan 84 juta euro karena tidak ada pendapatan pada hari pertandingan yang digelar tanpa penonton selama pandemi.

Real memanfaatkan sebagian besar laga tanpa penonton itu untuk percepatan pekerjaan renovasi di Bernabeu. Itu akan siap pada akhir 2022 atau awal 2023 dan pasti akan memberi peningkatan pendapatan besar-besaran.

Manchester United (2,9 miliar euro) dan Barcelona (2,8 miliar euro) melengkapi tiga besar. Bayern Munich keempat dan Liverpool kelima (2,556 miliar euro). Dari 32 klub paling berharga, hanya empat (Ajax, Galatasaray, Porto dan Benfica) berasal dari luar lima besar liga top Eropa: Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Prancis. Sepuluh dari 32 besar berasal dari Inggris.

Paris Saint-Germain mencatatkan pertumbuhan pendapatan tertinggi selama tujuh tahun sejak laporan Football Benchmark dirilis pertama kali. Jumlahnya naik 153 persen dan sekarang menjadi lebih dari dua miliar euro.

Tanda-tanda bahwa penurunan yang disebabkan Covid telah berakhir. "Laporan keuangan tahun lalu masih menanggung dampak negatif Covid-19. Beberapa bulan terakhir mencerminkan tanda-tanda sepak bola kembali normal. Hal itu, terutama dengan kehadiran penonton kembali di stadion dan permintaan kuat dari sponsor dan investor," tulis laporan tersebut.

Penjualan Chelsea

Sementara itu, Inggris mengumumkan, Rabu (25/6) waktu setempat, telah menyetujui pembelian klub sepak bola Chelsea senilai 4,25 miliar pound (78,6 triliun rupiah) oleh Todd Boehly dari oligarki Russia, Roman Abramovich. Klub Liga Inggris itu ditawarkan ke pasar awal Maret, beberapa hari sebelum Abramovich diberi sanksi oleh Inggris karena invasi Russia ke Ukraina.

Inggris melihat Abramovich sebagai bagian dari lingkaran dalam Presiden Russia, Vladimir Putin. Chelsea beroperasi di bawah persyaratan lisensi ketat pemerintah yang berakhir pada 31 Mei. Itu berarti mereka tidak dapat memperbarui kontrak untuk pemain yang ada dan menghadapi larangan transfer.

Penyelesaian pengambilalihan tersebut melalui proses yang panjang karena kekhawatiran terhadap potensi keuntungan Abramovich dari penjualan klub London tersebut. Tapi otoritas Liga Premier memberi lampu hijau pada hari Selasa malam. Beberapa jam kemudian pejabat mengatakan akan mengizinkan penjualan Chelsea.

Sekretaris Menteri Kebudayaan dan Olahraga Inggris, Nadine Dorries, men-tweet, "Mengingat sanksi yang kami berikan pada mereka terkait dengan Putin dan invasi berdarah ke Ukraina, masa depan jangka panjang klub hanya dapat diamankan di bawah pemilik baru."

Mantan kepala eksekutif Chelsea Peter Kenyon mengatakan kepada BBC bahwa akhir dari kisah ini akan membuat lega semua orang yang terhubung dengan klub. "Kami memiliki jendela transfer yang sangat singkat," ujarnya.ben/AFP/G-1