Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Putin Akan Menyebarkan Senjata Nuklir Taktis di Belarusia

Foto : ANTARA/POOL/Mast Irham

Arsip Foto. Pemimpin Russia Presiden Vladimir Putin (kiri) berbincang dengan Presiden Xi Jinping sebelum mengikuti sesi KTT APEC ke-21 di Nusa Dua, Bali, Senin (7/10/2013).

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKOW - Presiden Russia, Vladimir Putin, pada Sabtu (25/3) mengatakan akan mengerahkan senjata nuklir taktis di negara tetangga sekaligus sekutunya Belarusia. Menempatkan senjata tersebut ke gerbang menuju Uni Eropa.

Dikutip dariThe Moscow Times, Putin sebelumnya telah mengeluarkan peringatan terselubung bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir di Ukraina jika Russia terancam, menghidupkan kembali kekhawatiran era Perang Dingin.

Dia juga mengatakan, akan mengerahkan amunisi depleted uranium jika Kyiv menerima persenjataan kontroversial dari Barat, mengikuti Inggris yang dapat memasok Ukraina jenis amunisi itu.

Putin mengatakan langkah untuk menyebarkan senjata nuklir taktis ke Belarusia "bukan hal yang aneh".

"Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade. Mereka telah lama menempatkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah sekutu mereka," kata Putin.

Putin mengatakan dia berbicara dengan pemimpin Belarusia, Alexander Lukashenko, dan mengatakan mereka setuju untuk "melakukan hal yang sama".

Dia menambahkan Russia telah membantu melengkapi pesawat Belarusia tanpa melanggar perjanjian internasional tentang non-proliferasi nuklir. "Sepuluh pesawat siap untuk menggunakan senjata jenis ini," ujarnya.

Putin mengatakan Russia telah memberi Belarusiasebuah sistem rudal Iskander yang dapat membawa senjata nuklir.

Belarusia akan memulai pelatihan kru pada 3 April dan berencana untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan khusus untuk senjata nuklir taktis pada 1 Juli. Putin juga mengatakan bahwa Russia akan menanggapi jika Barat memasok Ukraina dengan amunisi uranium.

"Russia tentu memiliki apa yang perlu dijawab. Tanpa melebih-lebihkan, kami memiliki ratusan ribu peluru seperti itu. Kami belum menggunakannya," tambah Putin dalam sebuah wawancara di televisi Russia.

"Senjata itu dapat diklasifikasikan sebagai yang paling berbahaya dan berbahaya bagi manusia, dan juga bagi lingkungan," ungkapnya.

Amunisi depleted uranium sangat efektif untuk menembus pelat baja, tetapi penggunaannya masih kontroversial. Logam itu beracun bagi tentara yang menggunakan senjata dan warga sipil di daerah tempat mereka ditembakkan.

Putin sebelumnya mengatakan ketegangan nuklir "meningkat" secara global tetapi mengatakan Moskow tidak akan mengerahkan lebih dulu.

Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons/ICAN) telah memperingatkan ancaman nuklir menciptakan rasa ketidakpastian yang berbahaya seputar kemungkinan penggunaannya.

Semakin lama operasi Russia di Ukraina berlangsung, semakin besar risiko serangan nuklir, ICAN memperingatkan bulan lalu menjelang ulang tahun pertama serangan itu.

Putin mengumumkan bulan lalu Moskow akan menangguhkan keikutsertaannya dalam New START (Strategic Arms Reduction Treaty), perjanjian kontrol senjata terakhir yang tersisa antara dua kekuatan nuklir utama dunia, Russia dan Amerika Serikat (AS).

Kepala NATO, Jens Stoltenberg, mengecam Russia karena menangguhkan perjanjian pembatasan senjata nuklir dengan AS, dengan mengatakan itu menandai berakhirnya arsitektur kontrol senjata Eropa pasca-Perang Dingin.

Pengumuman itu muncul setelah Moskow Agustus lalu menangguhkan inspeksi AS terhadap situs militernya di bawah New START.

Pejabat AS telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Russia dapat menggunakan senjata nuklir jika merasa terdesak di medan perang dan dapat membuat cerita fiktif untuk membenarkan tindakannya.

Russia telah berbicara tentang dugaan upaya Ukraina untuk meledakkan "bom kotor", yang mendorong penolakan keras dari Ukraina dan teguran tajam dari AS, yang jarang berkomunikasi langsung dengan Moskow untuk memperingatkan terhadap penggunaan nuklir.

Baik ASmaupun Russia, sejauh ini merupakan kekuatan senjata nuklir terbesar, secara resmi memiliki kebijakan untuk tidak menggunakan senjata ultra-destruktif terlebih dahulu.

Para pejabat Russia telah mengulangi bahwa Russia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika menghadapi "ancaman eksistensial", namun definisi ancaman semacam itu tetap tidak jelas.

Tinjauan postur AS baru-baru ini oleh Presiden Joe Biden menyimpulkan bahwa senjata nuklir hanya boleh digunakan dalam "keadaan ekstrem".


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top