Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hilangnya Jurnalis I Khashoggi Pernah Ditawari Jabatan Tinggi di Arab Saudi

Putera Mahkota Diduga Dalang Raibnya Khashoggi

Foto : AFP/MOHAMMED AL-SHAIKH

Jamal Khashoggi

A   A   A   Pengaturan Font

Raibnya Jamal Khashoggi berpotensi mengancam hubungan baik Arab Saudi dengan AS dan Turki, setelah kedua negara itu terus mendesak penjelasan terkait hilangnya jurnalis itu.

WASHINGTON DC - Harian Washington Post edisi Rabu (10/10) menulis bahwa Putera Mahkota dan penguasa de facto di Arab Saudi telah memerintahkan dijalankannya sebuah operasi rahasia yang menargetkan jurnalis sekaligus warga Amerika Serikat (AS) bernama Jamal Khashoggi, yang dilaporkan telah hilang sejak dua pekan lalu. Berita yang ditulis Washington Post itu mengutip keterangan dari dinas intelijen AS yang menyadap komunikasi petinggi di Arab Saudi yang isinya membahas rencana penangkapan terhadap jurnalis itu.

Khashoggi adalah salah satu pengkritik pemerintahan Raja Salman dan Putera Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman. Ia raib setelah memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada Selasa (2/10) lalu.

Atas raibnya Khashoggi, para pejabat Turki menyebut bahwa ia telah dihabisi.

Dalam laporannya, Washington Post menulis bahwa petinggi di Arab Saudi telah mendengar ada pembahasan untuk memancing keluar Khashoggi dari Negara Bagian Virginia, AS, dan menahannya.

Mengutip pernyataan beberapa rekan Khashoggi, beberapa petinggi Arab Saudi itu telah mendekati jurnalis itu dan menawarkan perlindungan atau iming-iming jabatan tinggi di pemerintahan, jika Khashoggi pulang ke tanah airnya. Namun Khashoggi menolak semua tawaran itu.

Atas laporan Washington Post, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Robert Palladino, menyatakan bahwa AS sama sekali tak tahu menahu adanya ancaman terhadap Khashoggi. "Kami pun tak tahu menahu soal raibnya Khashoggi," imbuh Palladino.

Kasus raibnya Khashoggi telah memicu kemarahan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia maupun jurnalis. Selain itu kasus ini bisa menodai hubungan Arab Saudi dengan AS dan Turki yang saat ini terus mendesak pemerintahan Kerajaan Arab Saudi untuk menjelaskan keberadaan sesungguhnya dari jurnalis Khashoggi.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahkan mengeluarkan tantangan pada Arab Saudi agar mau menyediakan rekaman gambar kamera pengintai lainnya untuk menjelaskan bahwa Khashoggi telah keluar dari kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul dengan selamat.

"Adalah hal yang tak mungkin tak ada sistem kamera pengintai di sebuah kantor konsulat dan hal yang mustahil tak ada sistem kamera pengintai saat insiden ini terjadi," kata Presiden Erdogan.

Sebelumnya pihak Konsulat Arab Saudi menyatakan bahwa kamera pengintai tak berfungsi saat Khashoggi dan pihak mereka pun membantah bahwa Khashoggi telah dibunuh karena tuduhan itu sama sekali tak berdasar.

Tuntutan penjelasan juga diutarakan Presiden AS, Donald Trump. Tuntutan itu disampaikan Trump usai ia berdialog dengan otoritas tertinggi di Arab Saudi.

"Kami menuntut jawaban apapaun. Kami ingin tahu apa yang terjadi di sana," kata Trump. "akan jadi hal yang buruk jika pemerintah Saudi benar-benar terlibat dalam hal ini," imbuh Presiden AS saat sesi wawancara di acara News at Night.

Orang Dekat Penguasa

Khashoggi adalah mantan penasihat pemerintah Arab Saudi yang kabur ke AS sejak September 2017. Ia karena takut ditangkap oleh otoritas yang berkuasa di Arab Saudi saat ini jika kembali ke tanah airnya.

Lewat tulisan di Washington Post, Khashoggi kerap mengkritik kebijakan yang diluncurkan Pangeran Mohammed bin Salman serta keikutsertaan Arab Saudi dalam konflik yang terjadi di Yaman.

Pada bagian lain, polisi Turki yang menyelidiki raibnya Khashoggi, terus memeriksa rekaman gambar kamera pengintai di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Dalam pernyataan terbaru mereka disebutkan jati diri individu-individu yang tergabung dalam kelompok orang yang terlebih dahulu masuk ke kantor konsulat untuk misi membunuh Khashoggi. Ternyata kelompok orang yang terdiri atas 15 individu itu adalah pejabat senior di Riyadh dan mereka memiliki kedekatan dengan Pangeran Mohammed bin Salman.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top