Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kudeta di Myanmar I LSM: Ada Lebih dari 150 Orang Masih Ditahan

Puluhan Ribu Warga Gelar Protes

Foto : AFP/Jack TAYLOR

Aksi Demonstrasi l Massa pengunjuk rasa membawa gambar pemimpin Aung San Suu Kyi yang ditahan saat terjadi aksi protes terhadap kudeta militer di luar kantor Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok, Thailand, pada Minggu (7/2). Pada saat bersamaan aksi protes terjadi di sejumlah kota di Myanmar dimana para demonstran menuntut dibebaskannya Aung San Suu Kyi.

A   A   A   Pengaturan Font

Puluhan ribu warga Myanmar di beberapa kota melakukan aksi protes untuk menolak kudeta dan menuntut pembebasan pemimpin mereka yaitu Aung San Suu Kyi.

YANGON - Puluhan ribu warga turun ke jalan di Yangon pada Minggu (7/2) untuk memprotes kudeta di Myanmar. Aksi protes ini merupakan yang terbesar terjadi di Myanmar dipicu kemarahan pada militer yang telah menahan pemimpin terpilih yaitu Aung San Suu Kyi.
Selain di Yangon, pada saat bersamaan aksi protes besar-besaran pun dilaporkan terjadi di kota-kota lain di Myanmar seperti di Naypyidaw dan Mandalay walau aksi protes itu dijaga ketat oleh pihak militer.
Di Yangon, aksi protes diwarnai oleh dibunyikannya klakson mobil dan yel-yel menuntut keadilan bagi Myanmar, semantara massa terlihat banyak membawa bendera merah yang merupakan warga dari partai National League for Democracy (NLD) yang merupakan partai pendukung Suu Kyi. Mereka turun ke jalan mengarah ke arah balai kota Yangon.
"Saya muak dengan kudeta yang dilakukan militer dan saya tak gentar dengan upaya represi mereka," ucap seorang demonstran pelajar bernama Kyi Phyu Kyaw, 20 tahun. "Saya akan terus mengikuti aksi protes hingga Aung San Suu Kyi dibebaskan," imbuh dia.
Pigak demonstran menyatakan akan kembali turun ke jalan pada Senin (8/2) dan mereka akan melawan pemberlakukan keadaaan darurat militer dan perlawanan atas terjadinya kudeta. Tak hanya itu, mereka pun menyerukan para pegawai negeri dan warga lainnya untuk mogok kerja dan ikut serta dalam aksi protes.
Saat aksi protes, warga terlihat mengacungkan 3 jari yang merupakan simbol perlawanan yang kerap diperlihatkan saat terjadi aksi protes prodemokrasi di Thailand tahun lalu.
"Kami akan terus berjuang hingga akhir," ucap seorang pelajar bernama Ye Kyaw, 18 tahun. "Generasi berikut bisa menikmati demokrasi jika kita berhasil mengakhiri kediktatoran militer ini," imbuh dia.

Tutup Telekomunikasi
Aksi protes mencapai puncaknya setelah junta menutup aksi telekomunikasi dengan menghentikan akses ke media sosial Facebook yang amat populer di Myanmar.
Sebelumnya media sosial itu dengan amat gencar menyuarakan gerakan ketidakpatuhan sipil yang menginspirasi para profesi pegawai sipil, petugas medis, dan guru untuk melakukan aksi mogok kerja.
Walau akses media sosial ditutup, sejumlah siaran video secara langsung di Facebook berhasil menayangkan aksi turun ke jalan yang terjadi pada Minggu di sejumlah kota. Tak diketahui bagaimana siaran ini bisa tayang walau telah diblokir oleh militer.
"Para jenderal saat ini berupaya melumpuhkan gerakan perlawanan warga dan menutup dunia luar dengan memblokir seluruh akses internet," ucap Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk bidang HAM di Myanmar, sebelum terjadi aksi protes pada Minggu.
Sejauh ini belum diketahui berapa jumlah politisi yang ditahan. Namun kelompok LSM Assistance Association for Political Prisoners pada Sabtu (6/2) menyatakan ada lebih dari 150 orang masih ditahan hingga saat ini. SB/AFP/I-1

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top