Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemulihan Ekonomi | Kenaikan Harga Komoditas Sepanjang Tahun Ini Capai 70% Dibanding 2020

Prospek Ekspor RI Masih Menantang

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ekspor diperkirakan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Meski demikian, pemerintah perlu mewaspadai berbagai tantangan di sektor tersebut ke depan, mengingat ekspor RI masih bertumpu pada sumber daya alam (SDA) mentah.

Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekspor dan belanja pemerintah akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini hingga mencapai 3,5 persen (yoy).

"Pemulihan terus berlanjut pada paruh pertama 2021 berkat berbagai kebijakan akomodatif dan didukung oleh ekspor yang kuat," kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, dalam Asian Development Outlook 2021, di Jakarta, Rabu (22/9).

Namun, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai berbagai tantangan ekspor mengingat sangat berpengaruh dalam mendukung pemulihan nasional.

"Pemulihan ekspor kita lebih baik dibandingkan pemulihan ekonomi domestik, tapi dua hal yang perlu diingat," katanya dalam Asian Development Outlook 2021.

Yose mengatakan sebagian besar ekspor didorong oleh kenaikan ekspor komoditas seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), produk besi dan baja, hingga komoditas lainnya. "Kenaikan hingga 70 persen terkait harganya bila dibandingkan tahun lalu," ujarnya.

Dia mengingatkan Indonesia harus berhati-hati terhadap pendorong yang menyebabkan kenaikan ekspor komoditas ini karena meskipun ada kenaikan permintaan, namun sebagian besar muncul karena efek kenaikan harga.

Menurutnya, efek harga berpotensi tidak berlanjut apabila isu pasokan tidak diatasi dalam waktu dekat, sehingga pemerintah perlu hati-hati melihat kenaikan ekspor meskipun ini membantu proses pemulihan ekonomi Indonesia.

Kendala Konektivitas

Selain itu, lanjut dia, adanya isu konektivitas dan logistik yang menjadi kendala utama dalam mendorong ekspor Indonesia. Terlebih lagi, belakangan ini terdapat kemacetan kontainer yang besar di beberapa pelabuhan besar di California, serta adanya penutupan beberapa pelabuhan besar di Tiongkok. "Ini akan memengaruhi ekspor Indonesia," ujarnya.

Dia menjelaskan berbagai kejadian tersebut akan memberi pengaruh kepada Indonesia seperti kenaikan biaya transportasi barang yang mencapai 100 persen. Tak hanya itu, kata dia, Indonesia sendiri kekurangan kontainer di banyak pelabuhan dalam negeri sehingga turut menjadi tantangan, khususnya untuk barang nonkomoditas seperti produk manufaktur yang membutuhkan angkutan barang dan peti kemas.

"Kita harus menghadapi situasi ini dengan baik, namun situasi semacam itu tidak bisa diatasi di tingkat nasional saja, tapi harus dilakukan di tingkat global dengan kerja sama yang lebih besar di tingkat internasional," katanya.

Karena itu, Yose mengatakan pemerintah perlu mengatasi berbagai tantangan tersebut sekaligus mendukung pemulihan yang salah satunya dengan melakukan kerja sama di tingkat internasional. "Tahun depan Indonesia akan jadi Presidensi G20. Semoga RI dapat berkontribusi dalam kerja sama yang lebih baik demi mendapat pertumbuhan yang berkualitas," ujarnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top