Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produktivitas Pertanian - Produksi Padi di Jatim Lampaui Jateng

Produksi Beras Jatim Terbesar Nasional

Foto : istimewa

Padi

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Jawa Timur (Jatim) menggeser Jawa Tengah (Jateng) sebagai produsen beras terbesar secara nasional, berdasarkan hasil perhitungan BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2020 menggunakan metode KSA (kerangka sampel area). Meski demikian, sebaran daerah sentra produksi beras tak berubah dengan dominasi pendistribusian masih di Jawa.

Menurut laporan Kementerian Pertanian (Kementan) dengan luas panen 1.754.380 hektare (ha), Jatim mampu menghasilkan 9.944.538 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 5.712.597 ton beras. "Daerah tersebut (Jatim) berhasil menggeser Jawa Tengah yang sebelumnya peringkat satu," ungkap Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, di Jakarta, Rabu (24/3).

Jateng berada di posisi kedua dengan luas panen 1.666.931 ha menghasilkan padi 9.489.165 ton GKG atau setara 5.428.721 ton beras. Di urutan ketiga, Jawa Barat, dengan luas panen 1.586.889 ha menghasilkan padi 9.016.773 ton GKG atau setara 5.180.202 ton beras.

Pergeseran peringkat produsen ini, lanjut Suwandi, tidak hanya terjadi antara Jatim dan Jateng, Banten juga mampu naik peringkat menjadi di posisi sembilan dari rangking ke- 10. Banten menggeser Sumatera Barat (Sumbar).

Dia menegaskan, setiap tahun harus ada terobosan baru dan langkah tepat di lapangan, seperti penggunaan benih unggul, teknis budidaya dan panen yang baik, efisiensi input penerapan padi bebas residu, integrated farming menuju zero waste, mekanisasi, peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun Perluasan Areal Tanam Baru (PATB).

"Bahkan pada 2021 sudah mulai dikenalkan teknis budidaya dengan IP400 yang berarti bisa tanam dan panen 4 kali setahun," katanya.

Suwandi mengapresiasi provinsi yang produksi beras 2020 meningkat dibandingkan 2019. Harapapannya bisa memacu semangat meningkatkan produksi dan ketahanan pangan di seluruh provinsi.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Maret 2021 merilis data produksi padi pada 2020 sebesar 54,65 juta ton gabah kering giling (GKG) yang mengalami kenaikan sebanyak 45,17 ribu ton atau 0,08 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.

Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 21,46 ribu ton atau meningkat 0,07 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton.

Suwandi menyebut, untuk mencapai ini Kementan melakukan sejumlah langkah strategi dan kebijakan antara lain mekanisasi pertanian modern untuk mempercepat proses olah tanah, tanam, serta panen, penggunaan bibit unggul dan pupuk berkualitas, asuransi pertanian serta program perluasan areal tanam baru.

Stabilitas Harga

Baca Juga :
Optimalkan Lahan Rawa

Secara terpisah, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi-FEM Institut Pertanian Bogor (IPB), Sahara, menyebut volatilitas harga pangan tidak diinginkan bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, ketika harga jual produk rendah akan menurunkan minat mereka untuk bercocok tanam di periode berikutnya dan berpotensi mengancam food security.

Ketika musim panen raya penting bagi pemerintah untuk memastikan agar harga produk tidak jatuh. "Bagi konsumen ketika harga pangan tinggi, akan menurunkan daya beli mereka. Pemerintah harus memperhatikan sistem distribusi pangan," pungkas dia.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top