Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Gempa Sulteng

Prioritaskan Bangun Hunian Tetap Korban Bencana

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Semua stakeholder yang terlibat dalam agenda rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) diharapkan bersinergi dan mengutamakan pemenuhan hak-hak korban terdampak yang kehilangan rumah. Rehabilitasi kehidupan manusia, terutama korban yang telah kehilangan tempat tinggal harus menjadi prioritas.

"Mereka harus diprioritaskan untuk secepatnya difasilitasi hunian tetap dan agenda ekonomi untuk memulihkan mata pencaharian, sesuai dengan masterplan rencana induk yang telah ditetapkan. Agenda rekonstruksi bisa mengikuti secara beriringan," kata Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR, Ahmad HM Ali, di Jakarta, Senin (24/6).

Realisasi prioritas pembangunan hunian tetap bagi korban bencana, menurut Ali, sangat penting. Hal itu mesti diwujudkan karena bencana gempa bumi, tsunami, liquefaksi, dan tanah longsor yang terjadi di lembah Palu, Sulteng, telah terjadi sejak 10 bulan lalu, tepatnya 28 September 2018 lalu.

"Artinya, masyarakat korban sudah mengungsi kurang dua bulan lagi satu tahun. Harus ada kemajuan yang berarti. Paling tidak, pemenuhan hak-hak korban disegerakan untuk dipenuhi," kata anggota Komisi VII DPR ini.

Menurut Ali, agenda pemulihan kehidupan sosial korban terdampak yang kehilangan hunian harus menjadi prioritas. Sedangkan penyediaan serta pembangunan infrastruktur dan rekonstruksi lainnya yang bersifat fisik nanti bisa dilakukan sambil beriringan.

Disparitas Kehidupan

Ali menyampaikan saat ini terjadi disparitas tingkat kehidupan yang agak ekstrem, terutama wilayah perkotaan dengan desa yang menjadi zona terdampak bencana. Banyak orang kehilangan mata pencaharian, sementara kehidupan sosial bergerak lebih cepat dari kemampuan adaptasi program rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memenuhi fasilitas sarana kerja.

"Disparitas kehidupan agak ekstrem (tajam) karena kehidupan sosial bergerak cepat ke arah konsumsi normal di tengah produksi dan pekerjaan yang belum pulih," kata dia.

ion/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Sriyono

Komentar

Komentar
()

Top