Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Dampak Perang

Presiden Tiongkok Desak Russia untuk Menahan Diri terhadap Ukraina

Foto : ISTIMEWA

Presiden Russia, Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada Rabu (21/12), mengatakan kepada mantan Presiden Russia, Dmitry Medvedev, bahwa pihak-pihak terkait dengan krisis Ukraina harus tetap rasional dan menahan diri.

Xi meminta semua pihak terkait untuk terlibat dalam dialog komprehensif dan mengatasi masalah keamanan bersama melalui cara politik, menurut kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua.

Tiongkok "menjunjung tinggi objektivitas dan keadilan" dan secara aktif mempromosikan pembicaraan damai, kata Xi kepada Medvedev selama pertemuan mereka di Beijing, kata Xinhua.

Seperti dikutip dari Antara, Medvedev saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Russia dan pemimpin partai Russia Bersatu yang berkuasa.

Medvedev, yang diundang oleh Partai Komunis Tiongkok, mengatakan ada alasan krisis Ukraina terjadi dan hal itu sangat rumit. Dia menambahkan Russia bersedia untuk menyelesaikan masalah melalui pembicaraan damai, seperti diberitakan oleh Xinhua.

Sejak Russia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Beijing telah menahan diri untuk tidak mengecam Moskow dan menentang sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Barat.

Namun, Xi telah menyatakan keprihatinannya tentang perang di Ukraina dan menyampaikan keberatan atas penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir di negara Eropa Timur itu.

Medvedev menyerahkan kepada Presiden Xi surat pribadi dari Presiden Russia Vladimir Putin, yang mencatat tentang "tingkat dialog politik Russia-Tiongkok dan kerja sama praktis yang belum pernah terjadi sebelumnya", menurut kantor berita Russia, Tass.

Perubahan Global

Xi mencatat bahwa hubungan Tiongkok-Russia telah bertahan dalam ujian perubahan global selama satu dekade terakhir dan kedua negara telah mempertahankan perkembangan tingkat tinggi yang sehat dan stabil.

Dia menambahkan bahwa mengembangkan kemitraan bilateral yang komprehensif adalah "pilihan strategis jangka panjang" bagi Tiongkok dan Russia.

Xi juga mengatakan Beijing siap bekerja sama dengan Moskow untuk "membuat tata kelola global lebih adil dan setara", yang merupakan sebuah pukulan nyata terhadap tatanan internasional yang dipimpin Amerika Serikat.

Sementara itu, para menteri luar negeri Kelompok Tujuh negara industri besar dunia (G7) akan mengadakan pertemuan daring pada Kamis untuk membahas cara-cara menghadapi agresi berkepanjangan Russia terhadap Ukraina, kata pemerintah Jepang.

Pembicaraan antara para Menlu G7 itu akan dilakukan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Washington.

Biden mengumumkan bantuan militer baru untuk negara Eropa Timur itu, termasuk penyediaan sistem pertahanan udara Patriot.

Para menteri luar negeri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa, melalui pertemuan daring itu akan bertukar pandangan tentang situasi terbaru di Ukraina, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Para menlu itu juga kemungkinan akan mengonfirmasi kolaborasi mereka untuk mendukung Ukraina, yang diserbu oleh Russia pada akhir Februari 2022, kata kementerian tersebut.

Kunjungan Zelenskyy ke Amerika Serikat adalah perjalanan luar negeri pertamanya sejak Russia meluncurkan serangan ke Ukraina.

Presiden Ukraina itu mengatakan sistem pertahanan udara Patriot AS diperlukan untuk mempertahankan negaranya dari serangan rudal Russia --yang telah merusak infrastruktur penting, seperti jaringan energi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top