Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Tinggi

Presiden Tawarkan Ide Fakultas Nonkonvensional

Foto : ISTIMEWA

Presiden RI, Joko Widodo.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo menawarkan ide pendirian fakultas-fakultas nonkonvensional di Universitas Aisyiah (Unisa) Yogyakarta. Kepala Negara mencontohkan, fakultas kopi, fakultas sawit, fakultas lainnya.

Ide Presiden tersebut disampaikan kepada Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, dalam kunjungannya di Unisa Yogyakarta, Kamis (6/12).

"Ide Presiden tersebut tentu ini jadi agenda pemikiran kami," kata Noordjannah seusai pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Unisa.

Noordjannah mengungkapkan, dalam pertemuan itu pihak Unisa menyampaikan harapan untuk bisa mengembangkan program-program studi yang selama ini belum ada. "Sehingga mungkin tidak fakultas-fakultas swasta bisa lebih cepat menginisiasi fakultas yang bukan fakultas konvesional seperti ide Presiden tadi," katanya.

Menurut istri Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam kesempatan itu dirinya juga menyampaikan tentang gagasan program kegiatan pengembangan SDM Aisyiyah yang rencananya akan mengambil lokasi di Jawa Timur. Insiatif program itu, menurut dia, diinisiasi oleh para pekerja migran di Taiwan, agar saat kembali di Indonesia mereka bisa melakukan usaha dan tidak perlu lagi kembali ke Taiwan.

"Warga Indonesia yang ada di Taiwan kurang lebih 250.000-300.000. Kami ingin menyinergikan antara Muhammadiyah dan Aisyiyah supaya kalau mereka pulang ke Tanah Air sudah punya investasi, sehingga mereka tidak kembali lagi ke sana (Taiwan)," kata dia.

Noordjannah juga menegaskan bahwa kunjungan Jokowi ke Unisa bukan sebagai calon presiden dan tidak memiliki kaitan dengan agenda Pilpres 2019. "Beliau sebagai Presiden yang sekarang masih mengemban amanah, jadi sebagai kunjungan kerjalah," kata dia.

Arti Nasionalisme

Secara terpisah, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono, mengatakan generasi muda kini harus bisa memahami dan mengerti tentang arti nasionalisme diera digital agar bisa membawa dampak bagi bangsa dan dirinya ke arah lebih baik.

"Generasi muda sebagai pengguna serta pengembang teknologi informasi perlu mengerti bagaimana menerjemahkan kata nasionalisme diera digital," katanya.

Menurutnya, nasionalisme tidak terbatas pada perilaku maupun tindakan yang bebas dari paham-paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila dan UUD 1945. Tetapi, selebih dari itu bagaimana mereka bisa memanfaatkan keberadaan teknologi digital untuk berinovasi dan berkarya menghasilkan produk-produk yang memberikan dampak besar bagi bangsa dan negara.YK/E-3

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top