Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Pyongyang Minta Militer Bersiap Taklukan Seluruh Wilayah Selatan

Presiden Korsel Serukan Militer Tingkatkan Kewaspadaan

Foto : AFP/JEON HEON-KYUN

Seruan YooN l Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, saat berpidato di Dewan Nasional di Seoul pada akhir Oktober lalu. Pada Selasa (2/1), Presiden Yoon menyerukan agar militer Korsel untuk meningkatkan kewaspadaan menyusul peringatan ancaman serangan nuklir oleh pemimpin Korut.

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) menekankan pentingnya kekuatan militer dalam menghadapi meningkatnya ancaman nuklir dari Korea Utara (Korut) yang telah menyatakan niatnya untuk menaklukkan seluruh wilayah selatan, sebuah referensi metaforis untuk menguasai Korsel.

Dalam pesan tahun baru yang ditujukan kepada militer Korsel pada Selasa (2/1), Presiden Yoon Suk-yeol mendesak militer untuk mempertahankan sikap yang kuat di tengah meningkatnya ancaman Korut.

"Militer Korsel telah melakukan segala upaya untuk melindungi kehidupan dan keselamatan warga negara kita dari provokasi dan ancaman Korut yang tiada henti, bahkan dalam kondisi yang menantang," kata Presiden Yoon menurut keterangan yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Korsel.

Dalam pernyataannya, Presiden Yoon juga mengatakan kemampuan pertahanan adalah landasan untuk memperluas nilai kebebasan dan mendorong kesejahteraan ekonomi serta menambahkan bahwa kekuatan militer sangat penting untuk menjaga perlindungan wilayah Korsel dan keamanan regional.

Pernyataan Presiden Yoon ini muncul sehari setelah peringatan terbaru dari pemimpin Korut, Kim Jong-un, terhadap Korsel. Kim Jong-un mengatakan bahwa konflik militer di Semenanjung Korea dapat muncul kapan saja, sebagaimana dikutip oleh kantor beritaKCNApada Senin.

Ancaman serupa juga disampaikan pada Minggu (31/12) ketika Kim Jong-un menekankan bahwa hubungan antar-Korea telah sepenuhnya menjadi hubungan permusuhan, yang menunjukkan bahwa ia tidak lagi memandang Korsel sebagai warga Korea yang sama, namun sebagai dua negara yang saling dan sedang berperang.

"Berkaca pada sejarah panjang hubungan antar-Korea, kesimpulan kami adalah bahwa unifikasi tidak akan pernah bisa dicapai dengan Korsel, yang telah mengadopsi kebijakan unifikasi yang sangat kontras dengan kebijakan unifikasi negara kita yang berdasarkan pada prinsip satu rakyat, satu negara, dua sistem," kata Kim Jong-un saat mengakhiri Rapat Pleno Komite Sentral Partai Pekerja Korea pada Sabtu (30/12) lalu.

Dalam pidato yang sama, Kim Jong-un juga mendesak Pyongyang untuk bersiap menghadapi kemungkinan menaklukkan seluruh wilayah selatan dengan menyerukan agar militer untuk siap memobilisasi semua sarana dan kemampuan fisik, termasuk kekuatan nuklir, sebagai respons terhadap potensi krisis nuklir yang mungkin timbul.

Peningkatan Ketegangan

Ketegangan antar-Korea diperkirakan akan meningkat di tingkat global pada tahun baru ini, dan isu-isu terkait Korut kemungkinan akan lebih sering dibahas di forum internasional seperti Dewan Keamanan PBB.

Pada Minggu, baik Korsel maupun Jepang memulai masa jabatan dua tahun mereka sebagai anggota tidak tetap DK PBB, menandai dua tahun berikutnya keselarasan yang jarang terjadi dimana Amerika Serikat (AS), Korsel dan Jepang semuanya menjadi anggota badan yang sama dengan kemungkinan misi terkoordinasi untuk mengekang ambisi militer Korut. KBS/RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top