Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hari Kartini | Perempuan Harus Mendapatkan Pendidikan yang Layak

Presiden: Gelorakan Semangat Juang Raden Ajeng Kartini

Foto : ANTARA/HARVIYAN PERDANA PUTRA

PERINGATAN HARI KARTINI | Sejumlah perempuan berpakaian kebaya memainkan rebana saat peringatan Hari Kartini, sekaligus pemecahan Museum Rekor Indonesia (MURI), di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (21/4). Pada kegiatan tersebut, dilakukan pemecahan rekor MURI untuk 25.000 perempuan yang menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini dan berselawat untuk persatuan bangsa dan negara.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para perempuan Indonesia untuk terus menggelorakan semangat juang tokoh emansipasi perempuan Raden Ajeng (RA) Kartini. Semangat juang itu yakni untuk membangun keluarga, masyarakat, bangsa, serta memajukan generasi penerus.

"Untuk perempuan-perempuan Indonesia, para ibu bangsa: mari terus menggelorakan semangat juang Ibu Kartini," kata Presiden Jokowi lewat akun Facebook (FB) dan Instagram (IG) yang diunggahnya, Minggu (21/4).

Dalam akun tersebut, Presiden juga melengkapi ajakannya dengan mencantumkan gambar yang isinya terdiri 8 orang perempuan dengan semboyan 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. Selamat Hari Kartini.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, saat ini banyak perempuan hebat yang jarang bersuara, tetapi memiliki penuh karya. "Nilai-nilai Kartini masa kini terus digeliatkan para perempuan dari seluruh lapisan elemen dalam status sosial ekonomi level apapun," ujarnya.

Menurut dia, peringatan Hari Kartini setiap 21 April menjadi momentum refleksi tentang peran dan kekuatan perempuan di Indonesia. Ia mencontohkan ibu-ibu berjualan sayur di pasar atau berjualan gorengan yang merupakan contoh dari para pejuang ekonomi keluarga dan merupakan sosok Kartini sesungguhnya sekarang.

"Mereka memiliki kontribusi yang sangat besar ketika menyisihkan keuntungan sedikit untuk biaya pendidikan anak-anaknya. Merekalah perempuan hebat tanpa suara yang sebenarnya penuh karya," ucapnya.

Pendidikan Layak

Secara terpisah, Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubiyanto Wiyogo, mengatakan, pendidikan penting bagi perempuan agar lebih terampil dalam melakukan kewajiban sebagai ibu.

Perempuan harus mendapatkan pendidikan yang layak agar dapat maju dan memiliki ilmu mendobrak tradisi yang membodohkan. Melalui pendidikan, perempuan dapat menentukan jalan hidup serta kemandiriannya.

Oleh karena itu, perempuan wajib mendapatkan pendidikan karena perempuan sebagai calon ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi seorang anak.

Giwo menambahkan, perempuan perlu dibekali dengan pendidikan karakter agar dapat mendidik generasi penerus bangsa yang cerdas, unggul, dan memiliki akhlak yang mulia.

"Tidak ada perempuan dan anak perempuan yang tertinggal di belakang, karena peran dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu bangsa yang membina generasi penerus, yang membangun karakter dan mentalitas bangsa, yang menjaga moral keluarga dan masyarakat, serta yang menjaga lingkungan alam," jelas dia, di Jakarta, Minggu (21/4).

Giwo juga meminta agar perempuan Indonesia mencontoh semangat Kartini dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.

Sementara itu, Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsud), Tyas Retno Wulan, mengatakan pendidikan menjadi kunci bagi perempuan untuk berdaya dan memiliki posisi tawar dalam relasi apapun.

"Pendidikan sangat penting. Pendidikan bermakna sangat luas. Pendidikan juga menjadi kunci bagi perempuan untuk berkata tidak terhadap ketidakadilan," katanya.

Dia menambahkan, di dalam konteks dunia kampus, misalnya, perempuan harus berani berkata tidak terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan dari pacar atau pihak-pihak mana pun yang melaku kan kekerasan. "Termasuk harus peduli dan menyuarakan jika ada pihak yang mengalami kekerasan," katanya.

Karena itu, kata dia, penting untuk juga merancang proses pembelajaran berbasis kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI).

Terlebih lagi, perguruan tinggi memegang peranan strategis melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan gender dan inklusi sosial. ruf/Ant/E-3

Penulis : Muhamad Ma'rup, Antara

Komentar

Komentar
()

Top