Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Kriteria Menteri Pilihan Jokowi, Harus Berani Eksekusi Program

Presiden: Defisit Transaksi Berjalan Masalah Besar Indonesia

Foto : ANTARA/PUSPA PERWITASARI

SILATURAHMI HIPMI - Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Bahlil Lahadalia usai membuka Silaturahmi Nasional di Jakarta, Minggu (26/5).

A   A   A   Pengaturan Font

>> Peningkatan ekspor dan investasi menjadi pekerjaan besar pemerintah dan pengusaha.

>> Pemerintah dalam lima tahun ke depan masih akan konsentrasi pada pembangunan infrastruktur.

JAKARTA - Indonesia mempunyai masalah besar yang belum terpecahkan sejak lama, yakni neraca transaksi berjalan yang selalu defisit. Ini terjadi karena ekspor dan investasi tidak pernah meningkat, bahkan neraca perdagangan selalu defisit.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo di acara silaturahmi nasional dan buka puasa bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), di Jakarta, Minggu (26/5).

"Problem besar yang kita hadapi dalam berpuluh tahun dan belum terpecahkan sejak lama adalah neraca transaksi berjalan yang selalu defisit. Neraca perdagangan kita yang selalu defisit. Ini problem yang sudah jelas kita paham, jelas masalahnya, namun ini tidak pernah selesai," kata Presiden Jokowi.

Menurut Jokowi, masalah defisit transaksi berjalan mesti menjadi perhatian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Hipmi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan asosiasi lainnya. "Ini juga yang jadi konsen kita dengan Kadin, Hipmi, Apindo, dan asosiasi lainnya agar problem ini yang sudah berpuluh-puluh tahun bisa diselesaikan sehingga stabilitas ekonomi bisa dijaga. Kuncinya hanya dua, yakni peningkatan ekspor dan kedua investasi yang harus meningkat," tambah Presiden.

Ditegaskan Kepala Negara, kedua hal itu, yakni peningkatan ekspor dan investasi menjadi pekerjaan besar pemerintah dan pengusaha. "Sehingga saya ajak kepada seluruh rekan Hipmi agar dua hal kunci tadi bisa dikerjakan. Baru kita menapak pada tahapan keempat berikutnya, entah pemimpinnya siapa yakni era teknologi dan inovasi. Tanpa hal tersebut, jangan bermimpi kita memiliki Indonesia emas di 2045 yakni ekonomi empat besar terkait di dunia," ungkap Presiden.

Dalam periode kepemimpinan keduanya pada 2019-2024, Presiden mengaku akan merumuskan program kerja dengan lebih konkret. "Dalam lima tahun ini pemerintah fokus dan konsen pada infrastruktur, baik pelabuhan, bandara, jalan, pembangkit listrik karena kalau kita pergi dari Sabang sampai Merauke, Miangas sampai Pulau Rote, betapa setiap pulau butuh pelabuhan dan jalan. Dan banyak sekali konektivitas antarkabupaten belum sambung, apalagi antarkecamatan karena antarprovinsi ada yang belum sambung," jelas Presiden.

Dijelaskan, setelah konektivitas antarwilayah tersambung melalui infrastruktur, Presiden berpesan kepada para kepala daerah, baik gubernur, bupati, dan wali kota untuk menyambungkan wilayahnya ke kawasan-kawasan ekonomi. Selanjutnya, program kedua yang akan dilakukan pada pemerintahannya yang kedua adalah reformasi birokrasi dan reformasi struktural, termasuk dengan menyederhanakan perizinan. "Kita memiliki terlalu banyak lembaga sehingga saling tumpang-tindih. Jadi lembaga tidak efisien. Ini tugas kita, yang mudah-mudah sulit," ungkap Presiden.

Sedangkan program ketiga terkait dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM). "Kalau pembangunan SDM tidak dikerjakan, kita akan masuk pada middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah. Ini kita tidak mau sehingga pembangunan SDM adalah mutlak harus dikerjakan," tegas Presiden.

Kriteria Menteri

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi mengungkapkan kriteria calon menteri yang akan duduk di kabinet periode kedua 2019-2024. "Kabinet yang bisa kerja, kan kabinet kerja. Sudah saya sampaikan bolak-balik, mampu mengeksekusi dari program-program yang ada, kemampuan eksekutor itu yang paling penting," katanya.

Selain itu, lanjut Presiden, calon menteri harus memiliki kemampuan manajerial yang baik secara nasional maupun daerah. "Jadi, mampu me-manage dari setiap masalah problem, persoalan-personal yang ada dengan program dan eksekusinya benar, ya yang lain-lain memiliki integritas, memiliki kapabilitas, tapi yang paling penting adalah mampu mengeksekusi, memiliki kemampuan manajerial yang baik, dua hal yang penting itu," tegas Presiden.fdl/AR-2

Penulis : Muhamad Umar Fadloli

Komentar

Komentar
()

Top