Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu Thailand I Diperkirakan Sekitar 52 Juta Warga Thailand Berikan Hak Suaranya

Prayut Diperkirakan Akan Kalah

Foto : AFP/MANAN VATSYAYANA

Kandidat PM I Kandidat PM Thailand dari partai oposisi Pheu Thai, Paetongtarn Shinawatra, memberikan hak suaranya di sebuah TPS di Bangkok pada Minggu (14/5). Pemilu ini selain akan memilih PM, juga akan memilih 500 anggota parlemen.

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Penghitungan suara masih berlangsung dalam pemilihan umum Thailand pada Minggu (14/5) dengan partai oposisi prodemokrasi diperkirakan akan mengalahkan pemerintah konservatif pimpinan Perdana Menteri Prayut Chan-Ocha yang didukung militer setelah hampir satu dekade berkuasa.

Survei opini menunjukkan kekalahan telak bagi mantan panglima militer dan pemimpin kudeta Prayut setelah kampanye jelang pemilu digelar menunjukkan adanya bentrokan antara generasi muda yang mendambakan perubahan dan reformasi di kalangan royalis.

Partai oposisi utama Pheu Thai yang digawangi oleh putri triliuner mantan PM Thaksin Shinawatra, hingga berita ini ditulis pada Minggu malam masih unggul dalam hitung cepat akhir pemilu.

Tetapi di negara kerajaan di mana kemenangan di kotak suara sering dikalahkan oleh kudeta dan perintah pengadilan, ada kekhawatiran militer dapat bertahan dan hal ini meningkatkan prospek ketidakstabilan baru.

"Tempat pemungutan suara ditutup pada pukul 17.00 waktu setempat setelah hari pemungutan suara berjalan lancar, tanpa masalah besar," lapor sejumlah media di Thailand.

Hasil hitung cepat awal diharapkan muncul pada Minggu tengah malam, meskipun jumlah kursi akhir yang dimenangkan oleh masing-masing partai tidak akan dikonfirmasi secara resmi selama beberapa pekan mendatang.

Setelah memberikan hak suaranya di Bangkok, kandidat utama Pheu Thai, Paetongtarn Shinawatra, tidak menunjukkan tanda-tanda gugup. "Hari ini akan menjadi hari yang baik. Saya memiliki energi yang sangat positif tentang itu," kata Paetongtarn, 36 tahun, kepada wartawan sambil tersenyum lebar.

Perdana menteri baru akan dipilih bersama-sama oleh 500 anggota parlemen terpilih dan 250 anggota senat yang ditunjuk oleh militer. Dalam pemilihan terakhir yang kontroversial pada tahun 2019, Prayut menggunakan dukungan senat untuk menjadi perdana menteri yang memimpin koalisi multipartai yang kompleks.

Tetap Optimistis

Pemilu saat ini adalah yang pertama sejak aksi protes prodemokrasi besar-besaran yang dipimpin kaum muda meletus di seluruh Bangkok pada 2020 dengan tuntutan untuk mengekang kekuasaan dan anggaran monarki.

Demonstrasi mereda ketika diberlakukannya pembatasan Covid-19 dan puluhan pemimpin ditangkap, tetapi semangat perjuangan mereka telah memicu dukungan yang semakin besar untuk oposisi yang lebih radikal seperti Partai Move Forward (MFP).

Saat dia tiba untuk memberikan suara di Bangkok, pemimpin MFP, Pita Limjaroenrat, 42 tahun, mengatakan dirinya tetap optimistis dan mengharapkan jumlah pemilih bersejarah yang bakal mendukungnya. "Generasi muda saat ini peduli dengan hak mereka dan mereka akan pergi keluar ke TPS untuk memilih," kata dia kepada wartawan.

Pada pemilu ini, MFP fokus dengan mencari dukungan dari pemilih milenial dan Gen Z, yang merupakan hampir setengah dari angka pemilik suara yang berjumlah sekitar 52 juta, sementara basis Pheu Thai berada di pedesaan timur laut di mana para pemilih masih ingat dengan kebijakan kesejahteraan yang diterapkan mantan PM Thaksin beberapa tahun lalu.

Sementara itu Prayut juga mendesak para pemilih untuk hadir dalam jumlah besar saat dia memberikan suaranya pada Minggu dan ia tak sungkan-sungkan mengkampanyekan semangat nasionalismenya kepada pemilih yang lebih tua dan menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat yang mampu menyelamatkan Thailand dari kekacauan dan kehancuran. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top