Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Malaka

Praktik Perdagangan yang Adil Jadikan Malaka Pusat Perdagangan Global

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Malaka telah menjadi lokasi perdagangan penting dunia pada abad ke-15 sebelum kedatangan bangsa Eropa. Berada di tengah rute perdagangan, Malaka memiliki pelabuhan yang tenang, dekat dengan penyedia komoditas yang ditransaksikan, dan menawarkan sistem yang adil.

Malaka telah menjadi lokasi perdagangan penting dunia pada abad ke-15 sebelum kedatangan bangsa Eropa. Berada di tengah rute perdagangan, Malaka memiliki pelabuhan yang tenang, dekat dengan penyedia komoditas yang ditransaksikan, dan menawarkan sistem yang adil.

Terletak di pantai barat Semenanjung Melayu, pelabuhan Malaka berdekatan dengan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yaitu Selat Malaka. Malaka atau Melaka dalam bahasa Melayu, saat ini berupa kota pelabuhan kecil dengan sedikit tanda-tanda kejayaannya di masa lalu.

Hiruk pikuk perdagangan di Malaka saat ini seolah hilang. Kota tua ini lebih memanfaatkan sisi sejarah untuk menarik wisatawan ketimbang sebagai pusat perdagangan. Sebagai pengakuan atas peran pentingnya dalam sejarah maritim dan beragam budaya, kota ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2008.

Wisatawan dapat melihat masa lalu kolonial di reruntuhan Benteng A Famosa Portugis (1511) atau Stadthuys Belanda (1650). Mereka yang lapar dapat mencicipi makanan khas lokal di restoran Baba Nyonya di Jonker Street. Di sini sejumlah museum merepresentasikan masa lalu pelabuhan ini sebagai pusat budaya Melayu tetapi juga tempat pertemuan dunia Tiongkok dan Islam.

Malaka di masa lalu adalah kota maritim yang spektakuler. Kota ini disandingkan dengan Venesia, Kairo, dan Kanton. Perdagangan berlangsung berabad-abad antara lain dengan Tiongkok, India, dan dunia Arab. Menyusul kemudian bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Inggris.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top