Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pneumonia

PR Besar Itu Bernama Sosialisasi Besar-besaran

Foto : ISTIMEWA

Bayi sebaiknya langsung divaksin pneumonia

A   A   A   Pengaturan Font

SOSIALISASI besar-besaran adalah kata kunci untuk (pencegahan) pneumonia. Mengapa demikian? Sebab hasil "survei" memperlihatkan masyarakat tidak mengenalnya. Itulah sebabnya diperlukan sosialisasi secara masif seputar seluk-beluk pneumonia. Inilah pekerjaan rumah yang besar bagi kemenkes.

Ya, memang demikian adanya hasil "jajak pendapat" Koran Jakarta saat survei kecil-kecilan. Ada dua kelompok tersurvei. Kelompok pertama, terdiri dari empat perempuan. Kelompok kedua ada lima orang, terdiri empat perempuan dan satu laki-laki. Tingkat pendidikan semuanya sarjana!! Pertanyaan survei juga sama, "Pneumonia itu apa ya?"

Sungguh mencengangkan, semua bengong. Satu anggota kelompok pertama, langsung googling. Jawaban pada kelompok dua, tidak jauh berbeda. Ada dua orang yang menjawab. Salah satu menyebut sebagai merek mi instan yang memang namanya mirip dengan pneumonia. Satu lagi mengatakan, "Obat." Lainnya tidak menjawab. Namun, rata-rata pernah mendengar pneumonia, ketika ditanya, "Pernah mendengar pneumonia?"

Situasi dua kelompok tersebut jelas memberi gambaran (semoga bukan gambaran umum) bahwa masyarakat tidak memahami arti pneumonia. "Hebatnya" mereka kelompok terdidik (sarjana). Pertanyaannya, lalu bagaimana dengan masyarakat tidak 'sekolahan?' Jadi, dari survei tersebut harus dirancang sosialisasi besar-besaran seputar pneumonia oleh pemerintah (kemenkes). Mungkin kemenkes sudah melakukan sosialisasi, tetapi kurang massif, diperlukan lebih akbar lagi.

Sosialisasi perlu dijalankan terus-menerus sampai pneumonia benar-benar dipahami rakyat. Sebab sulit mencegah, bila rakyat tidak paham. Memang jawaban 'riset' kecil-kecilan tersebut sangat memprihatinkan. Namun juga menjadi blessing in disguise yang memberi "pencerahan" bahwa masih perlu sosialisai atau pengenalan seputar pneumonia kepada rakyat secara masif.

Lalu apa sih sebenarnya pneumonia itu? Pneumonia adalah pandemi yang terlupan (the forgotten pandemic). Atau malahan forgotten killer, pembunuh yang terlupakan. "WHO mencatat, tidak kurang 1,2 juta kematian setiap tahun disebabkan pneumonia," tandas Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, dr Prima Yosephine, MKM (lihat perbandingan penyebab kematian di grafik, dari data tiap tahun berbeda dan meningkat).

Di Indonesia, pneumonia juga sangat endemis. Itu bisa dilihat dari hasil Riskesdas tahun 2018 di mana prevalensi pneumonia secara umum sekitar empat persen. Tertinggi adalah prevalensi balita usia 12-23 bulan sebesar enam persen. Meski begitu, pneumonia dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, termasuk orang dewasa dan lansia (5,8 persen). Pneumonia menerjang seluruh dunia.Kematian tertinggi di Asia Selatan dan Afrika.

Harus Dicegah

Pneumonia harus dicegah! Itu sudah pasti. Mengapa demikian? Sebab biaya pengobatan antibiotik untuk anak pneumonia di 66 negara mencapai 109 juta dollar setiap tahun. Maka, daripada membuang-buang uang sekitar 1,5 triliun rupiah tersebut, pneumonia lebih baik dicegah.

Lalu bagaiman cara mencegah? Ternyata tidak sulit. Cukup dengan melakukan hal-hal kecil seperti hidup bersih, sehat, cuci tangan, merawat gigi-mulut, jangan bersin atau batuk sembarangan. "Itu saja. Biasakan itu dalam keseharian," ujar Dokter Spesialis Okupasi Indonesia dari RS Siloam, dr Allen Widysantosa, SpP. Tentu jangan lupa pula untuk vaksinasi pneumonia, siapa pun, entah bayi, orang dewasa atau lansia. "Karena pneumonia bisa menyerang siapa saja dan kapan saja," tambah Allen.

Ini pun diperkuat Presiden Direktur Pfizer Indonesia, Nora T Siagian, "Semua orang bisa terjangkit pneumonia. Risiko pneumonia semakin meningkat bagi anak di bawah 2 tahun dan lansia lebih dari 65 tahun. Maka, sangatlah penting masyarakat meningkatkan pemahaman lebih jauh tentang penyakit ini. Selain itu, juga perlu mendalami faktor risiko dan pencegahannya agar terhindar dari penyakit mematikan tersebut."

Imunisasi pneumonia pada usia dewasa penting karena terbukti dapat melindungi tambahan untuk paru-paru selama masa pandemi.Selain itu, imunisasi pneumonia juga penting diberikan untuk pasien-pasien co-morbid, perokok, dan pekerja berisiko tinggi."Untuk itu, pada Hari Pneumonia Sedunia ini, kami mengharapkan media bisa menjadi jembatan untuk menyampaikan informasi penting ini kepada seluruh masyarakat agar mengerti dan paham tentang pentingnya pencegahan pneumonia baik pada anak-anak, orang dewasa, maupun lansia melalui pemberian imunisasi," tandas Prima saat membuka "Hari Pneumonia Sedunia" secara daring dalam acara "FreeToBreathe-Media Meet Up" di Hotel Aryaduta, Lippo village, Tangerang, Sabtu (12/11).

Untuk amannya, menurut Direktur Medis PT Pfizer Indonesia, dr Richard Santoso, setiap bayi lahir mestinya langsung divaksin pneumonia. Orang dewasa usia 18 ke atas tetap belum aman, perlu divaksin juga. Apalagi sekarang vaksin bisa untuk semua usia. Orang co-morbid sudah jelas (gagal jantung, diabetes, dan perokok) harus divaksin. Demikian juga pegawai yang bekerja di pabrik kimia karena bisa pernapasannya bisa terganggu.

Pneumonia sangat terkait dengan Covid-19. Kira-kira apa hubungannya? Pneumonia sebagai radang jaringan paru-paru, sebenarnya adalah Covid itu sendiri! Hanya, kalau pneumonia disebabkan virus. Orang juga sering menyamakan dengan flu. Ini sedikit berbeda. Flu yang diserang saluran pernapasan atas. Sistemnya yang menonjol: lemes, lesu, badan pegal semua, tapi kurang dalam keluhan respirasi.

Kalau pneumonia lebih menyerang ke pernapasan bawah. Keluhan respirasi lebih terasa. Paru-paru secara visual seperti pohon terbalik dengan banyak cabang. Nah, pneumonia terjadi di ujung-ujung cabang (lihat gambar paru-paru).


Gejala Pneumonia

Gejala pneumonia dapat berupa nyeri dada saat bernapas atau batuk. Batuk yang dapat menghasilkan dahak. Korban kelelahan, demam, berkeringat, menggigil kedinginan, mual, muntah, dan sesak napas. Kemudian, apa saja faktor risiko penyebab pneumonia secara lebih lengkap? Untuk orang dewasa dapat disebabkan saat kondisi sistem kekebalan tubuh menurun karena hamil, HIV, penggunaan steroid atau obat-obatan kanker.

Lalu, orang dengan penyakit penyerta seperti asma, diabetes, gagal jantung, penyakit liver, ginjal, stroke, luka di kepala, dan demensia. Demikian juga, orang yang secara terus-menerus terpapar polusi udara maupun asap beracun di tempat bekerja dan tinggal di tempat padat. Tentu saja perokok dan peminum alkohol.

"Faktor risiko tersebut menunjukkan pentingnya vaksinasi pneumonia untuk pasien dengan penyakit penyerta dan untuk melindungi paru-paru karyawan yang memiliki pekerjaan khusus yang rentan terhadap penyebab pneumonia," tandas dr Allen Widysanto.

Kalau begitu, apa dan siapa yang mesti menjadi perhatian terkait pneumonia ini?

  • Lansia karena daya tahannya menurun
  • Perokok karena daya tahan alaminya dimatikan. Juga pengguna vape karena mengeluarkan asap sehingga menimbulkan iritasi yang merangsang lendir keluar, yang menjadi media tumbuhnya bakteri. Vape juga membunuh sel-sel yang penting untuk menangkal penyakit.
  • Imunodeficiensi/HIV
  • Orang dikemo
  • Orang dengan penyakit kronik seperti gagal ginjal

Jadi, apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit ganas tersebut? Apakah kita harus diam saja sehingga tidak berbuat apa-apa. Atau melawannya secara bersama-sama? Tentu semua harus melakukan perlawanan. Jadi, kuncinya dimulai dari diri sendiri. Bagaimana setiap orang bisa melakukannya? Tidak susah. Tadi sudah disebut, kita tinggal melakukan hal-hal kecil: hidup bersih, sehat, cuci tangan, merawat gigi-mulut, jangan bersin atau batuk sembarangan. Itu saja. Mari jadikan kebiasakan dalam keseharian

Langkah-langkah individual tersebut akan menurunkan keganasan pneumonia di seluruh dunia yang telah merenggut nyawa 1,6 juta jiwa pada tahun 2020. Kebiasaan baru kita akan mencegah secara dini guna mengurangi korban pneumonia yang menyerang 450 juta orang setiap tahunnya. Semoga!


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top