Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Potensi Abrasi Kalteng Tinggi, GAPKI Kelola 50 Hektare Lahan Mangrove

Foto : Istimewa

Penjabat Bupati Kotawaringin Barat yang diwakili oleh Asisten II Setda Kobar Kamaludin dalam acara penanaman bakau yang diselenggarakan oleh GAPKI di Desa Sebuai, Kotawaringin Barat, Sabtu (14/9).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kerusakan garis pantai menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di Kalimantan Tengah (Kalteng). Berdasarkan kajian resiko bencana nasional Kalimantan Tengah, gelombang ekstrem yang muncul akibat siklon tropis menimbulkan potensi abrasi di Kalteng. Kotawaringin Barat (Kobar) disebut memiliki luasan abrasi tertinggi di Kalteng.

"Kabupaten Kobar sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilakukan oleh semua pihak," tegas Penjabat Bupati Kotawaringin Barat, yang diwakili oleh Asisten II Setda Kobar, Kamaludin, dalam acara penanaman bakau yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Desa Sebuai, Kotawaringin Barat, Sabtu (14/9)

Kegiatan yang merupakan tahap ketiga ini diinisiasi oleh GAPKI bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan melibatkan Kelompok Tani Talok di Desa Sebuai, Kobar. Kegiatan dilakukan di atas lahan 20 hektare dengan menggunakan 55 ribu bibit mangrove.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengungkapkan, sebanyak 88 ribu pohon mangrove berhasil dikelola pada 30 hektare pesisir pantai dalam tiga tahun terakhir. "Keberhasilan pengelolaan mangrove ini ditunjukkan dari tingkat kelangsungan hidup mangrove yang mencapai 90 persen," ucap Mukti.

Dengan adanya program rehabilitasi di 2024 ini, maka kegiatan yang telah berjalan sejak 2021 tersebut telah menanam lebih dari 140 ribu mangrove di atas 50 hektar lahan. "Kegiatan ini sebagai komitmen GAPKI dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan," tegas Mukti.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top