Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 17 Jan 2023, 15:38 WIB

Populasi Tiongkok Menyusut untuk Pertama Kalinya dalam 60 Tahun

Angka kelahiran di Tiongkok tahun 2022 turun dibanding angka kematian, mendorong Tiongkok ke dalam krisis demografis yang akan memiliki konsekuensi tidak hanya untuk Tiongkok dan ekonominya tetapi juga untuk dunia.

Foto: istimewa

BEIJING - Populasi Tiongkok menyusut tahun lalu untuk pertama kalinya dalam enam dekade, sebuah data resmi menunjukkan, Selasa (17/1). Negara terpadat di dunia ini menghadapi krisis demografis yang mengkhawatirkan.

The Straits Times melaporkan, penurunan terburuk sejak Kelaparan Hebat di Tiongkok pada 1961 itu juga memperkuat prediksi bahwa India akan menjadi negara terpadat di dunia tahun ini.

Beijing mengatakan, Selasa (17/1), 9,56 juta orang lahir pada 2022, sementara yang meninggal 10,41 juta orang. Pertama kalinya angka kematian melebihi jumlah kelahiran di Tiongkok sejak awal 1960-an, ketika program 'Lompatan Jauh ke Depan' era Mao Zedong menyebabkan kelaparan dan kematian yang meluas.

Angka kelahiran tersebut turun dibanding tahun 2021, yakni 10,6 juta. Penurunan itu, bersamaan dengan peningkatan angka harapan hidup jangka panjang, mendorong Tiongkok ke dalam krisis demografis yang akan memiliki konsekuensi di abad ini, tidak hanya untuk Tiongkok dan ekonominya tetapi juga untuk dunia, kata para ahli.

"Dalam jangka panjang, kita akan melihat Tiongkok yang belum pernah dilihat dunia," kata Dr Wang Feng, seorang profesor sosiologi di University of California di Irvine yang berspesialisasi dalam demografi di Tiongkok seperti dikutip The Straits Times.

"Ini bukan lagi populasi yang muda, bersemangat, dan tumbuh.Kami akan mulai menghargai Tiongkok, dalam hal populasinya, sebagai populasi tua dan menyusut."

Berita itu datang di saat yang menantang bagi pemerintah di Beijing yang menghadapi dampak dari pembalikan mendadak bulan lalu atas kebijakan toleransi nol Covid-19.

Selama empat dekade terakhir, Tiongkok telah muncul sebagai kekuatan ekonomi dan pabrik dunia.Transformasi itu menyebabkan peningkatan harapan hidup yang berkontribusi pada situasinya saat ini, semakin banyak orang yang bertambah tua, sementara bayi yang lahir lebih sedikit.Pada 2035, 400 juta orang di Tiongkok diperkirakan berusia lebih dari 60 tahun, terhitung hampir sepertiga dari populasinya.

Tren itu mempercepat peristiwa mengkhawatirkan lainnya: yakni hari ketika Tiongkok tidak akan memiliki cukup penduduk usia kerja untuk mendorong pertumbuhan berkecepatan tinggi yang menjadikannya mesin ekonomi global.Kekurangan tenaga kerja juga akan mengurangi pendapatan pajak dan iuran ke sistem pensiun yang sudah dalam kondisi tekanan.

Biro statistik nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa orang tidak perlu khawatir tentang penurunan populasi karena "penawaran tenaga kerja secara keseluruhan masih melebihi permintaan".

Hasilnya, beberapa ahli berpendapat, penurunan ini dapat berimplikasi pada tatanan global, yakni populasi India siap melampaui Tiongkok tahun ini, menurut perkiraan PBB.

Momen ini tidak terduga.Pejabat Tiongkok tahun lalu mengakui bahwa negara itu berada di ambang penurunan populasi yang kemungkinan akan dimulai sebelum 2025. Tapi terjadi lebih cepat dari yang diantisipasi para ahli demografi, ahli statistik, dan Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa.

Pejabat telah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat penurunan kelahiran.Pada 2016, mereka melonggarkan kebijakan satu anak yang telah berlaku selama 35 tahun, dan mengizinkan keluarga memiliki dua anak.Pada 2021, mereka menaikkan batas menjadi tiga anak.Sejak itu, Beijing telah menawarkan berbagai insentif kepada pasangan dan keluarga kecil untuk mendorong mereka memiliki anak, termasuk pemberian uang tunai, pemotongan pajak, bahkan konsesi properti.

Pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping menjadikan masalah ini sebagai prioritas, menjanjikan system kebijakan nasional untuk meningkatkan angka kelahiran. Namun kenyataannya, kata para ahli, angka kelahiran yang merosot mengungkapkan tren yang tidak dapat diubah.

Bersama dengan Jepang dan Korea Selatan, tingkat kesuburan di Tiongkok terenda di dunia, di bawah tingkat penggantian kesuburan yang diperlukan agar suatu populasi tumbuh.Angka itu mengharuskan setiap pasangan, rata-rata, memiliki dua anak.

Langkah-langkah pemerintah telah gagal mengubah fakta mendasar bahwa banyak anak muda Tiongkok tidak menginginkan anak.Mereka kerap beralasan biaya membesarkan anak semakin mahal, apalagi dengan kondisi ekonomi yang genting.

Rachel Zhang (33), seorang fotografer di Beijing, memutuskan sebelum menikah dengan suaminya, tidak akan memiliki anak. Terkadang, para orangtua dalam keluarga mengomeli mereka soal memiliki bayi.

"Saya tegas tentang ini," kata Zhang."Saya tidak pernah berkeinginan memiliki anak selama ini."Meningkatnya biaya membesarkan anak dan mencari apartemen di distrik sekolah yang bagus telah mengeraskan tekadnya.

Faktor-faktor lain telah menyebabkan keengganan memiliki lebih banyak anak, termasuk beban yang dihadapi orang dewasa muda dalam merawat orang tua dan kakek nenek yang lanjut usia.

Kebijakan nol-Covid yang ketat - pengujian massal, karantina, dan penguncian selama hampir tiga tahun, mengakibatkan beberapa keluarga terpisah untuk jangka waktu yang lama - mungkin membuat lebih banyak orang memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Luna Zhu (28) dan suaminya memiliki orang tua yang bersedia merawat cucu mereka.Dia bekerja di perusahaan milik negara yang menyediakan paket cuti melahirkan yang baik.Tapi Zhutidak tertarik.

"Terutama tiga tahun terakhir epidemi, saya merasa banyak hal yang sangat sulit," kata Zhu.

Di Tiongkok, penelusuran online untuk kereta bayi di mesin pencari Baidu turun 17 persen pada 2022 dan turun 41 persen sejak 2018. Sementara penelusuran botol bayi turun lebih dari sepertiga sejak 2018. Sebaliknya, penelusuran panti jompo melonjak delapan kali lipat tahun lalu.

Kebalikannya terjadi di India, di mana Google Trends menunjukkan peningkatan 15 persen dari tahun ke tahun dalam pencarian botol bayi pada 2022, sementara pencarian tempat tidur bayi naik hampir lima kali lipat.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.