Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Paparan polusi udara dalam jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung. Kombinasi paparan polusi udara dan polusi suara menambah tingkat risiko.

Polusi Udara dan Suara Sebabkan Gagal Jantung

Foto : AFP/BORYANA KATSAROVA
A   A   A   Pengaturan Font

Kota dengan tingkat polusi udara dan suara tinggi berdampak tidak baik bagi kesehatan warganya. Sebuah studi baru di Denmark yang meneliti 22.000 perawat perempuan menyatakan, paparan partikel kecil dan kebisingan lalu lintas jalan selama tiga tahun ternyata telah meningkatkan risiko gagal jantung.
Risiko semakin meningkat pada perempuan mantan perokok atau perempuan yang memiliki tekanan darah tinggi.
"Terutama bagi mantan perokok atau penderita hipertensi, sehingga tindakan pencegahan dan pendidikan diperlukan," kata penulis utama studi dan asisten profesor di bagian kesehatan lingkungan di departemen kesehatan masyarakat di University of Copenhagen, Denmark, Youn-Hee Lim, PhD. D, seperti dikutip dari Science Daily edisi 6 Oktober lalu.
Penelitian itu bertujuan mengetahui dampak paparan polusi udara dan kebisingan dalam jangka panjang terhadap kesehatan jantung. Hasil penelitian yang dipublikasikan ke Journal of American Heart Association itu menyatakan polusi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung pada sekelompok perawat perempuan selama periode 15-20 tahun.
Para peneliti mengumpulkan data dari studi prospektif terhadap lebih dari 22.000 anggota studi yang berasal dari Kelompok Perawat Denmark yang semuanya perempuan. Para perempuan ini berusia 44 tahun dan lebih tua pada saat pendaftaran studi dan tinggal di Denmark.
Ketika mendaftar antara 1993 hingga 1999, setiap perempuan menyelesaikan kuesioner komprehensif tentang indeks massa tubuh, faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik dan kebiasaan diet. Kuesioner lain yang harus diisi adalah kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, kesehatan reproduksi, dan kondisi kerja.
Informasi tentang diagnosis gagal jantung dikumpulkan selama 20 tahun diikuti dengan menghubungkan peserta studi ke Daftar Pasien Nasional Denmark, yang mencakup catatan tentang semua perawatan kesehatan yang diberikan di rumah sakit di Denmark. Data pasien dikumpulkan hingga 31 Desember 2014.
Kelompok-kelompok studi tinggal ini di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran kota di seluruh Denmark. Para peneliti menyimpan catatan alamat tempat tinggal setiap individu, termasuk setiap perpindahan ke tempat tinggal baru dari 1970 dan 2014.
Sedangkan untuk menentukan tingkat polusi udara, konsentrasi rata-rata tahunan dari dua komponen, partikulat halus materi (PM2.5) dan nitrogen dioksida (NO2), diukur menggunakan sistem pemodelan polusi udara Denmark.
Tingkat kebisingan lalu lintas jalan dalam radius tiga kilometer dari alamat tempat tinggal peserta diperkirakan dengan menggunakan sistem model tervalidasi yang disebut Nord2000. Suara diukur dengan satuan desibel (dB), sebuah satuan standar untuk intensitas suara.

Pengendalian Emisi
Hasil analisa data menyatakan untuk setiap 5,1 mikrogram per meter kubik peningkatan paparan partikel halus selama tiga tahun, risiko insiden gagal jantung meningkat sebesar 17 persen. Untuk setiap 8,6 mikrogram per meter kubik peningkatan paparan NO2 selama tiga tahun, risiko insiden gagal jantung meningkat sebesar 10 persen.
Sementara itu untuk setiap peningkatan 9,3 dB pada paparan kebisingan lalu lintas jalan selama tiga tahun, risiko insiden gagal jantung meningkat sebesar 12 persen. Peningkatan paparan partikel halus dan status sebagai mantan perokok dikaitkan dengan 72 persen peningkatan risiko kejadian gagal jantung.
"Kami terkejut dengan bagaimana dua faktor lingkungan polusi udara dan kebisingan lalu lintas jalan berinteraksi," kata Lim.
Menurut dia, polusi udara merupakan penyumbang yang lebih kuat terhadap kejadian gagal jantung dibandingkan dengan kebisingan lalu lintas jalan. Namun, perempuan yang terpapar polusi udara tingkat tinggi dan kebisingan lalu lintas menunjukkan peningkatan risiko gagal jantung tertinggi.
Selain itu, sekitar 12 persen dari total peserta penelitian memiliki hipertensi pada saat pendaftaran penelitian. Namun, 30 persen dari perawat dengan kejadian gagal jantung memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, dan mereka adalah populasi yang paling rentan terhadap paparan polusi udara.
Lim mengatakan, untuk meminimalkan dampak paparan ini, cara yang perlu ditempuh adalah penerapan pengendalian emisi.
"Strategi seperti berhenti merokok dan pengendalian tekanan darah harus didorong untuk membantu mengurangi risiko individu," pungkas dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top