PM Kanada Trudeau: Sikap Putin Tanda Kegagalan Invasi Rusia di Ukraina

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengutuk kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan mobilisasi militer. Trudeau juga mengecam ancaman Rusia untuk menggunakan senjata nuklir dalam perang di Ukraina.

"Kanada mengutuk eskalasi perang Putin yang tidak bertanggung jawab, mobilisasi militer parsial, ancaman nuklir, serta referendum tergesa-gesa Rusia untuk mencoba mencaplok wilayah Ukraina adalah hal yang tidak dapat diterima," kata Trudeau kepada wartawan di New York saat menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dikutip dari Reuters, Kamis (22/9).

"Perilaku Putin hanya menunjukkan bahwa invasinya gagal," tambahnya.

Dalam pidato yang disiarkan televisi sebelumnya pada Rabu, Putin mengumumkan mobilisasi masa perang pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua dan berencana untuk mencaplok bagian dari wilayah Ukraina. Dia juga mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia, dengan menyatakan: "Ini bukan gertakan".

Trudeau menegaskan, perintah wajib militer Putin sebenarnya selangkah lebih dekat untuk mengakui apa yang tidak ingin dia akui, bahwa semua rencana Rusia tidak sesuai dengan rencananya.

Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk "melucuti senjata" tetangganya dan membasmi nasionalis berbahaya. Sementara pihak Barat mengatakan itu adalah perampasan tanah dan upaya untuk merebut kembali negara yang melepaskan diri dari pemerintahan Moskow sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

Pidato Putin menyusul bertambahnya korban dan kegagalan di medan perang bagi pasukan Rusia, karena telah diusir dari daerah yang mereka kuasai di timur laut Ukraina dalam serangan balasan Ukraina bulan ini dan kegagalan di wilayah selatan.

Trudeau mengatakan ancaman senjata nuklir perlu ditanggapi dengan serius dan sekutu Barat harus "berdiri sangat tegas melawan" mereka.

"Kanada akan terus mendukung upaya Kiev dengan memperkuat sanksinya terhadap Rusia dan mengirimkan bantuan militer ke Ukraina," tuturnya.