Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perombakan Kabinet

PM Abe ”Reshuffle” Empat Menteri

Foto : ISTIMEWA

Kabinet Baru Jepang l PM Jepang, Shinzo Abe (depan tengah), berpose bersama susunan kabinet yang baru di kediaman resmi PM Abe di Tokyo, Jepang, Kamis (3/8).

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Seperti telah diprediksi, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akhirnya mengumumkan perombakan kabinet baru. Ada 4 Kementerian yang dirombak oleh Abe, yakni Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ekonomi, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Dalam Negeri.

Dalam perombakan kabinet ini, sosok Menteri Luar Negeri Jepang yang baru, Taro Kono, mencuri perhatian publik. Kono diketahui memiliki hubungan dekat dengan Washington DC dan memiliki reputasi sebagai politisi yang blak-blakan, yang tidak malu-malu dalam mengutarakan poikirannya, meskipun untuk hal-hal sensitif.

Kono, 54 tahun, adalah putra mantan kepala sekretaris kabinet, Yohei Kono, yang menulis sebuah permohonan maaf pada 1993 kepada para perempuan yang dijadikan pelacur pada era penjajahan Jepang.

Kono sangat fasih berbahasa Inggris karena pernah bersekolah di Universitas Georgetown di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Dia menggantikan posisi yang dulu diduduki oleh Fumio Kishida.

"Dia (Kono) sangat kuat dan memiliki koneksi yang kuat dengan AS mulai dari hubungan personal dengan para anggota senat, kongres, para pejabat Kementerian Luar Negeri AS hingga para kapitalis dan pengusaha. Dalam kondisi negara yang sedang kebingungan dan hubungan AS-Jepang yang pasang-surut, Kono memiliki jaringan luas dan mendalam, dimana ini akan menjadi sebuah aset besar," kata Jesper Koll, ketua WisdomTree, sebuah perusahaan ekuitas di Jepang, Kamis (3/8).

Sebagai Menteri Luar Negeri, Kono saat ini dihadapkan pada sejumlah tugas besar, diantaranya berkoordinasi dengan AS, sekutu Jepang terdekat, dimana serangkaian uji coba yang dilakukan oleh Korea Utara telah menimbulkan kekhawatiran, termasuk pertumbuhan Tiongkok di kawasan.

Kono masuk panggung politik Jepang ketika dia terpilih menjadi anggota parlemen pada 1996. Sebelum diangkat menjadi menteri, Kono adalah kepala komisi keamanan nasional publik, sebuah jabatan setingkat anggota kabinet. Jabatan ini diembannya selama 10 bulan saja, yang berakhir pada Agustus 2016 lalu. Ketika itu, dia bertanggung jawab untuk keamanan pertemuan G7 di Ise-Shima.

Kono juga terkenal karena komitmennya untuk meloloskan rencana penutupan reaktor-reaktor tua yang usianya sudah hampir 40 tahun. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah Jepang yang ingin mempertahankan kebijakan reaktor nuklirnya sebagai sebuah sumber inti energi Jepang.

Kono juga tercatat pernah mengkritisi pemerintah Jepang yang menolak membuka pintu bagi para imigran sebagai salah satu cara dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja menyusul populasi usia muda Jepang yang menyusut.

Wajah Lama

Dalam perombakan kabinet yang diumumkan pada Kamis kemarin, PM Abe telah memilih Toshimitsu Motegi, 61 tahun, untuk menduduki posisi Menteri Perdagangan Jepang. Motegi menghadapi tugas berat menghadapi beberapa negosiasi, diantaranya pakta perdagangan bebas Trans-Pacific Partnership (TPP).

Sementara untuk posisi Menteri Pertahanan Jepang, diisi oleh Itsunori Onodera, 57 tahun, yang sebelumnya pernah menduduki posisi ini selama dua tahun, yakni mulai Desember 2012 atau persisnya ketika Abe kembali menjadi orang nomor satu di Jepang.

Sebelum diangkat menjadi Menteri, Onodera telah mendesak Tokyo agar memiliki kemampuan untuk menyerang balik musuh militer Jepang dan memperkuat sistem pertahanan misilnya terkait upaya menghadapi ancaman seperti misil Korut yang sukar diprediksi.

Abe juga memilih Seiko Noda, 56 tahun, sebagai Menteri Dalam Negeri. Sama seperti Onodera, bukan sosok baru dalam panggung politik Jepang. Dia memasuki dunia politik Negara Sakura saat terpilih menjadi anggota parlemen pada 1993, dimana ketika itu dia menjadi satu-satunya anggota parlemen perempuan. uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top