Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pembangkit Listrik

PLN Setengah Hati Jalankan Transisi Energi

Foto : ANTARA/KORNELIS

Petugas memeriksa instalasi PLTS.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dinilai setengah hati menjalankan program transisi energi dari yang berbasis fosil atau energi kotor ke energi terbarukan. Sikap setengah hati PLN itu terlihat pada upaya mereka menambah kapasitas pembangkit listrik sekitar 40 gigawatt di mana 50 persen memang pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dan setengahnya lagi dari PLTU berbasis batu bara.

Sikap setengah hati PLN itu dinilai karena perusahaan tersebut belum siap ketika minat konsumen baik industri maupun perorangan yang cukup tinggi pada EBT khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang marak akhir-akhir ini.

PLN belum siap pendapatannya akan menurun ketika konsumen banyak yang beralih menggunakan energi bersih. Bahkan, besar kemungkinan PLN harus mengeluarkan biaya ketika ada pasokan listrik yang surplus dari konsumen.

Peneliti Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan memang dari awal komitmen PLN terhadap transisi energi tidak dapat dipercaya.

Dengan beban proyek elektrifikasi yang begitu besar tentu mereka tidak mampu secara modal jika harus pakai energi baru dan terbarukan (EBT).

Selain itu, PLN juga juga berkepentingan menjaga permintaan batu bara karena mereka juga punya anak perusahaan yaitu PT PLN Batubara Investasi yang bergerak di bidang investasi infrastruktur penambangan terkait transportasi, pengolahan, dan penyimpanan batu bara. "Bisnis di bidang batu bara ini hingga saat ini belum dibubarkan juga oleh PLN. Jadi, saya rasa dari awal memang tidak ada niat dari PLN untuk membangun EBT," tegas Huda.

Tambah Pembangkit

Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis (21/7), seperti dikutip dari Antara mengatakan target menambah 40 gigawatt dengan 50 persen di antaranya merupakan pembangkit EBT telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang menjadi salah satu upaya dalam rangka menuju net zero emission (NZE).

Dengan memasukkan 50 persen kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT ini merupakan langkah PLN dalam mencapai target energi bauran atau fuel mix sebesar 23 persen pada 2025. "Dalam RUPTL kami ditugaskan untuk fuel mix 23 persen pada 2025, itu harus dari renewable energy. Artinya, kita harus melakukan penambahan pembangkit-pembangkit renewable energy," kata Maya.

Sebab itu, PLN akan terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga keuangan agar mereka berkenan untuk mendukung upaya Indonesia dalam mencapai NZE.

Dia mengakui kalau suplai dari pembangkit listrik non- EBT saat ini masih sangat banyak sehingga diperlukan keseimbangan dalam menuju NZE mengingat besarnya biaya yang harus ditanggung PLN.

"Ini diperlukan suatu balancing karena perlu ada trade off bagaimana kita menuju NZE dengan besarnya biaya yang harus ditanggung PLN," kata Maya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top