Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Rakyat I RS dan Faskes Bisa Minta ke Puskesmas

Pihak Ketiga Boleh Jalankan Vaksinasi Covid-19

Foto : Istimewa

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti

A   A   A   Pengaturan Font

Masyarakat diminta tetap selalu disiplin protokol kesehatan menghadapi varian baru Covid-19 ­Omicron XBB.

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta tidak membatasi kuota vaksin Covid-19, termasuk pihak ketiga yang akan ikut menyelenggarakan vaksinasi. "Kami buka seluas-luasnya sesuai dengan kesanggupan SDM maupun pendaftar," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, Senin (31/10).
Penyelenggara vaksinasi Covid-19, misalnya, dari mal atau pos lain dapat mengajukan permintaan vaksin kepada puskesmas kecamatan. Widyastuti memastikan ada alokasi vaksin Covid-19 tambahan, meski di lapangan antusiasme peserta vaksinasi lebih tinggi.
Menurutnya, suatu institusi, mal, atau pos vaksin minta sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Kadang minta, katakanlah untuk 200 orang, ternyata warga antusias sehingga yang datang lebih banyak dari jatah vaksin. Ini tidak apa-apa, bisa didaftarkan untuk sesi berikut. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI telah mendapatkan alokasi sebanyak 204 ribu dosis vaksin Covid-19 jenis Pfizer dan sudah didistribusikan ke sejumlah puskesmas Ibu Kota untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi.
Menurut Widyastuti, masyarakat yang belum vaksin tahap satu dan dua dapat melakukannya di puskesmas. "Kita masih tidak menutup kemungkinan warga yang belum berkesempatan mendapat dosis kesatu dan kedua. Mereka masih bisa mendapatkannya di puskesmas," ucapnya. Selain itu, kata Widyastuti, pendistribusian vaksin akan dibagikan berdasarkan perwilayah puskesmas masing-masing.
Rumah sakit atau faskes klinik atau pos-pos vaksinasi bisa mengajukan ke puskesmas.
Widyastuti menjelaskan soal keluhan masyarakat sudah mendaftar di aplikasi Jakarta Kini (Jaki), tapi tidak bisa karena kuota penuh. "Karena pelayanan vaksinasi baru dibuka lagi, mungkin lagi disesuaikan, kadang-kadang tidak serentak juga. Tapi kini sudah siap, tapi tidak semua tempat layanan," ungkapnya.
Untuk jumlah kuota vaksinasi, Widyastuti mengaku di setiap posko vaksinasi dijatah untuk 200 orang dengan tenaga medis. Sering kali permintaan vaksinasi melebih jumlah kuota yang sudah ditentukan. Kadang-kadan masih ada yang on the spot, ya diakomodasi.
Widyastuti mengingatkan masyarakat untuk selalu disiplin protokol kesehatan menghadapi varian baru Covid-19 Omicron XBB. "Prinsipnya apa pun variannya, tetap prokes ketat guna mencegah varian bari Omicron XBB," pungkasnya.
Sebelumnya, sejak beberapa minggu terakhir ketersediaan vaksin Covid-19 di DKI Jakarta menipis. Dinas Kesehatan DKI kemudian mengatur lokasi vaksinasi terpusat hanya di tingkat kecamatan menyesuaikan stok. Sedangkan alokasi vaksin Covid-19 dari daerah lain juga belum ada karena pasokan menipis di sejumlah daerah.
Berdasarkan data Dinkes DKI, capaian vaksinasi Minggu (30/10) dosis pertama Jakarta 12,6 juta atau 125,8 persen dari target 10 juta, sedangkan vaksinasi dosis kedua mencapai 10,8 juta atau 107 persen dan dosis ketiga mencapai 5,1 juta.
Adapun untuk vaksinasi penguat (booster) dengan Pfizer, satu orang mendapat jatah setengah dosis. "Kalau untuk booster bisa lebih banyak. Kan booster dosisnya lebih kecil," kata Widyastuti.

Jemput Bola
Sementara itu, terkait gagal ginjal akut anak, Widyaststi proaktif menelusuri dan mencermati hasil rekam medis perawatan anak di seluruh rumah sakit kawasan Jakarta. "Tim secara aktif dari dinas kesehatan bersama seluruh rumah sakit (RS) maupun puskesmas proaktif jemput bola mencari," katanya.
Widyastuti mengungkapkan dua RS yang merujukkan penanganan anak gagal ginjal akut adalah Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) serta RS Anak dan Bunda Harapan Kita. Selain itu, Kementerian Kesehatan mendistribusikan langsung penawar atau obat untuk mengatasi gangguan ginjal akut anak ke setiap RS.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 70 anak di bawah enam tahun meninggal akibat gangguan ginjal akut progresif atipikal sejak Januari hingga Minggu (30/10).
"Dari Januari sampai dengan kemarin total ada 142 kasus terlaporkan," ujar Widyastuti. Dia menjelaskan 142 kasus terdiri dari 70 anak meninggal, 50 sembuh, dan 22 dirawat.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top