Petenis Sabalenka Siap Ikuti US Open Setelah Pulih dari Cedera
Arsip foto - Aryna Sabalenka dari Belarus melakukan pukulan backhand ke Erika Andreeva dari Rusia selama pertandingan tunggal putri mereka di Court Philippe-Chatrier pada hari ketiga turnamen tenis Prancis Terbuka di Kompleks Roland Garros di Paris pada 28 Mei 2024.
Foto: ANTARA/AFP/Anne-Christine PounjoulatJakarta - Aryna Sabalenka, yang musim 2024-nya dibuka dengan kemenangan di Australian Open namun kemudian diselingi dengan patah hati dan cedera, menemukan kegembiraan baru saat ia bertekad untuk menutup tahun dengan gemilang di US Open.
Petenis asal Belarus, yang absen di Wimbledon karena cedera bahu,itu memenangi gelar pertamanya sejak Australian Open pada Januari di Cincinnati pekan lalu.
Ia membukukan kemenangan yang membangun kepercayaan diri untuk menghadapi petenis nomor satu dunia Iga Swiatek, dan bertanding dengan kegembiraan yang datang dari keseimbangan yang lebih baik dalam hidupnya.
"Kegembiraan ini datang dengan pengalaman dan pemahaman akan banyak hal," kata Sabalenka, seperti disiarkan AFP, Sabtu.
"Karena sebelumnya, saya mungkin terlalu asyik bermain tenis dan berusaha terlalu fokus, seperti menempatkan diri saya di bawah begitu banyak tekanan."
"Akhir-akhir ini, saya baru menyadari bahwa ini bukan cara kerja yang benar. Anda harus menyeimbangkan kerja keras ini, ekspektasi, tekanan, dan semuanya, dengan sedikit kegembiraan," ujar petenis berusia 26 tahun itu.
"Anda harus menemukan hal-hal yang membuat Anda gembira, dan saya memiliki tim yang hebat dan kami bersenang-senang bersama."
Sabalenka mengalami masa sulit dengan kematian mantan pacarnya Konstantin Koltsov pada Maret.
Dengan melihat ke belakang, Sabalenka mengatakan, ia mungkin akan mendapat manfaat dari mengambil waktu istirahat, daripada berpegang pada jadwal yang direncanakannya.
"Saya benar-benar berpikir bahwa saya seharusnya berhenti dan memisahkan diri dari tenis, hanya memiliki sedikit waktu istirahat dan mengisi ulang tenaga dan memulai semuanya dari awal lagi," kata Sabalenka.
"Saya rasa saya bermain terlalu berlebihan, dan saya banyak membawa beban. Pada akhirnya, cedera itu menghantam saya, dan juga, saya sakit, saya cedera. Saya mengalami masalah perut di French Open."
"Dari segi kesehatan, saya sangat kesulitan."
Istirahat yang dipaksakan karena cedera bahunya, pada kenyataannya, adalah hal yang ia butuhkan.
"Bukannya saya senang cedera, tetapi saya senang saya memiliki waktu istirahat dan waktu seperti ini untuk menyegarkan pikiran saya," ujar Sabalenka.
Manfaatnya terlihat jelas di Cincinnati, di mana ia bertahan setelah sembilanmatch pointterbuang sia-sia untuk mengalahkan Swiatek di semifinal.
Kemenangan itu adalah persiapan yang ideal saat ia mencoba memperbaiki posisirunner-updari Coco Gauff di final US Open tahun lalu.
"Saya benar-benar merasa sangat baik setelah gelar Cincinnati. Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gelar itu dan meraih kemenangan itu," kata Sabalenka, unggulan kedua di New York yang akan mengawali pertandingannya melawan petenis kualifikasi asal Australia Priscilla Hon.
"Dua turnamen pertama sulit bagi bahu saya. Namun, saya sangat senang bahwa di Cincinnati segalanya berjalan lancar bagi saya, dan saya percaya pada kerja keras yang kami lakukan. Saya cukup yakin bahwa saya tidak akan cedera lagi.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 BKD Banten Periksa Pejabat Kesbangpol Buntut Spanduk Kontroversial
- 3 Digitalisasi Bisa Perkuat Daya Saing Koperasi
- 4 Ini yang Dilakukan Dua Kementerian untuk Majukan Ekonomi Daerah Transmigrasi
- 5 Panglima: Ada 35 Purnawirawan TNI Ikut Calonkan di Pilkada Serentak 2024
Berita Terkini
- Jangan Lupa Bawa Payung saat Mencoblos, BMKG Memprakirakan Jakarta Hujan Ringan pada Rabu Pagi
- Sempat Unggul Tiga Gol, Manchester City Ditahan Imbang Feyenoord 3-3
- Denmark akan Menarik Pajak dari Kentut dan Sendawa Hewan Ternak
- Kasus Polisi Tembak Polisi Berbuntut Panjang, Polri Evaluasi Penggunaan Senjata Api
- Timnas Indonesia Tanpa Uji Coba