Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pangan

Petani Gula Kesulitan Jual Hasil Panen

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

CIREBON - Para petani tebu asal Cirebon, Jawa Barat, yang tergabung pada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengaku kesulitan menjual hasil panen disebabkan beredarnya gula rafinasi.

"Kami melakukan sidak sendiri dan hasilnya ditemukan tertumpuk di gudang banyak gula rafinasi menumpuk," kata Ketua DPD APTRI Jawa Barat, Dudi Bahrudin, di Cirebon, Kamis (10/8).

Dudi mengatakan para petani pada musim giling tahun 2017 ini kesulitan menjual hasil panen disebabkan tidak laku terjual.

Dia menuturkan, di Jawa Barat terdapat 10 ribu ton gula yang menumpuk di gudang yang disebabkan para pedagang tidak mau membeli gula dari petani. Untuk itu, pengurus APTRI mulai dari DPC sampai DPD mencoba mencari tahu alasan kenapa gula rakyat tidak laku di pasaran dengan melakukan sidak ke sejumlah pasar dan gudang.

"Ternyata, kami temukan gula rafinasi beredar di pasaran dan ada juga yang menumpuk di gudang, ini tentunya menyalahi aturan, karena gula rafinasi diperuntukan hanya untuk industri," tuturnya.

Dudi melanjutkan kondisi seperti sekarang ini sudah sering dirasakan para petani, hampir enam tahun belakang para petani selalu kesulitan menjual hasil panennya.

Sementara itu, seorang petani, Agus, menambahkan seharusnya harga gula itu tidak seperti sekarang yang hanya 10 ribu rupiah, karena tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan. "Kita panennya hanya satu tahun sekali, tapi harga gula terlalu murah dan malah tidak ada yang membeli," katanya.

Tidak Laku

Sementara itu, Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencatat ada sekitar 250.000 ton gula petani yang belum laku, menyusul adanya kebijakan pengenaan pajak pertambahan nilai 10 persen.

"Adanya kebijakan pengenaan PPN memang membuat pedagang enggan membeli gula petani karena mereka khawatir ditarik PPN," ujar Sekretaris Jenderal DPN APTRI, M Nur Khabsyin, di Kudus. Selain faktor PPN, katanya, di pasar juga sudah jenuh karena banyaknya gula yang beredar sehingga penyerapan gula di pasar sangat lambat.

Biasanya, gula tani dari Jawa bisa dijual ke luar, namun saat ini tidak bisa masuk ke luar Jawa karena sudah penuh gula, baik dari operasi pasar maupun rembesan gula rafinasi. Faktor lainnya, yakni adanya kebijakan harga eceran tertinggi (HET) dibatasi 12.500 rupiah per kilogram sehingga pedagang tidak berani menjual melampaui HET.

Baca Juga :
Seleksi Hakim

Akibatnya, pedagang menekan gula petani. Jenuhnya pasar saat ini karena imbas dari banyaknya impor untuk gula konsumsi pada tahun 2016 yang mencapai 1,6 juta ton. Sementara kekurangan kebutuhannya, kata dia, hanya 400.000 ton, sehingga pada akhir tahun 2016 sisa stok gula impor masih tersisa 1,2 juta ton.

"Kebutuhan gula konsumsi tahun 2016 sebesar 2,7 juta ton, sedangkan produksinya 2,3 juta ton sehingga hanya kekurangan 400.000 ton," ujarnya. Ant/AR-2

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top