Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pesawat ruang angkasa Parker Solar Probe yang memiliki misi mempelajari korona, berhasil memasuki Matahari. Selain mampu menahan panas, pesawat memberi banyak informasi baru sekaligus menawarkan teka-teki.

Pesawat NASA Berhasil Masuki Atmosfer Matahari

Foto : Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA
A   A   A   Pengaturan Font

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) telah memasuki babak baru dalam misi penyelidikan korona Matahari. Pesawat ruang angkasa Parker Solar Probe behasil terbang melintasi (fly by) atmosfer luar Matahari.
"Parker Solar Probe 'menyentuh' Matahari adalah momen monumental untuk ilmu surya dan prestasi yang benar-benar luar biasa," kata administrator asosiasi untuk Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington DC, Thomas Zurbuchen, seperti dikutip laman NASA.
Pada peristiwa yang terjadi pada 28 April 2021, pesawat dinyatakan mampu menahan panas di sekitar wilayah tersebut. Di sini pesawat mengumpulkan wawasan dan partikel sebagai bahan untuk mempelajari cara kerja sang surya.
Probe memiliki perisai surya di bagian depan pesawat, yang terbuat dari komposit karbon-karbon yang diperkuat. Sistem ruang angkasa dan instrumen ilmiah terletak di bayangan umbra perisai, di mana cahaya langsung dari Matahari terblokir sepenuhnya.
"Sama seperti pendaratan di Bulan yang memungkinkan para ilmuwan untuk memahami bagaimana ia terbentuk, menyentuh Matahari adalah langkah besar bagi umat manusia untuk membantu kita mengungkap informasi penting tentang bintang terdekat kita dan pengaruhnya terhadap tata surya," kata Direktur Divisi Ilmu Heliofisika NASA, Nicola Fox dikutip BBC.
Parker Solar Probe yang diluncurkan pada 12 Agustus 2018 adalah salah satu misi paling berani yang pernah dilakukan oleh NASA. Setelah peluncuran pesawat tersebut membuat lintasan mengelilingi Matahari yang berulang terus menerus dan semakin dekat.
Pesawat bergerak pada kecepatan lebih dari 500.000 kilometer per jam. Strategi pergerakannya masuk dengan cepat dan keluar dengan cepat. Dengan sperangkat alat pengukuran pada instrumennya pesawat mendapatkan informasi sekirat lingkungan Matahari.
Parker berhasil melintasi apa yang disebut batas kritis Alfven, wilayah yang berada di tepi luar korona. Aura plasma biasanya terlihat saat terjadi gerhana Matahari total. Hasil pengukuran spektroskopi menunjukkan terjadi ionisasi kuat di korona dan suhu plasma melebihi 1 juta kelvin atau 999,726 derajat Celsius atau lebih panas daripada permukaan Matahari.
Tepi luar korona tempat pesawat melintas merupakan titik di mana materi Matahari yang biasanya terikat ke Matahari oleh gravitasi dan gaya magnet terlepas keluar melintasi ruang angkasa. Parker menemukan batas tersebut berada sekitar 13 juta kilometer di atas permukaan atau fotosfer Matahari.
"Data penyelidikan menunjukkan itu benar-benar melewati di atas dan di bawah batas tiga kali terpisah dalam waktu lima jam. Kami melihat kondisinya berubah total," kata dari University of California, Berkley, Stuart Bale, kepada BBC.
Ia menambahkan di dalam korona, medan magnet Matahari tumbuh lebih kuat, dan mendominasi pergerakan partikel di sana. Jadi, pesawat ruang angkasa itu dikelilingi oleh material yang benar-benar bersentuhan dengan Matahari, sehingga suhunya sangat panas.

Angin Supersonik
Para peneliti terpesona oleh korona karena di sanalah beberapa proses penting terjadi dan tidak dapat dijelaskan. Salah satunya yang menarik dari korona adalah terjadinya counter-intuitive superheating yaitu suhu fotosfernya kira-kira hanya 6.000 derajat Celsius tetapi di dalam korona suhunya bisa mencapai jutaan derajat.
Di wilayah korona aliran keluar partikel bermuatan elektron, proton, dan ion berat tiba-tiba dipercepat menjadi angin supersonik, menciptakan teka-teki bagi para ilmuwan.
"Masalahnya adalah sidik jari dari proses fisik yang menimbulkan angin Matahari terhapus oleh perjalanan angin Matahari dari korona Matahari ke Bumi dan seterusnya," jelas Laboratorium Fisika Terapan John Hopkins, Nour Raouafi.
Ia mengatakan Parker diterbangkan melalui wilayah misterius tersebut untuk mendapatkan informasi apa yang terjadi di sana. Tim sains lalu mengumpulkan lebih banyak data saat penyelidikan menjelajah lebih dalam ke korona dengan terbang melewati Matahari di masa depan.
Pada akhir misi, Parker akan mencapai jarak 6,1 juta kilometer dari fotosfer pada Januari 2022. Informasi yang didapat darinya dan dikombinasikan dengan observatorium surya lainnya, akan memberi informasi yang berguna bagi semua orang yang hidup di Bumi.
Salah satu yang menjadi fenomena untuk dipelajari adalah letupan terbesar yang mempengaruhi komunikasi satelit dan aringan listrik di Bumi. Para ilmuwan mencoba meramalkan "badai" ini dan Parker menjanjikan informasi baru dan berharga untuk membantu mereka melakukannya. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top