Perubahan Iklim Ubah Bentuk Hewan
Foto: istimewaPerubahan iklim yang menciptakan pemanasan global berdampak pada hewan berdarah panas (homoiterm). Hewan ini mengalami perubahan bentuk untuk tetap mempertahankan suhu tetap internal konstan agar metabolisme tetap terjaga.
Jika suhu tidak terjaga dapat mengalami heatstroke atau kepanasan. Kondisi ini terjadi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis hingga mencapai 40 derajat Celsius atau bahkan lebih. Biasanya terjadi ketika saat cuaca sedang sangat terik.
"Pada hewan berdarah panas sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia," ujar peneliti burung dan kandidat doktor dari Deakin University, Australia, Sara Ryding, dalam tulisannya di jurnal Trends in Ecology and Evolution edisi 7 September lalu.
Pada hewan homoiterm, suhunya stabil karena adanya reseptor pengatur suhu dalam otaknya. Itulah mengapa, hewan berdarah panas dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda karena kemampuan mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam. Selain itu faktor makanan yang dikonsumsi, dan faktor jenuh pencernaan air juga turut berpengaruh.
Ryding mengatakan, dalam menghadapi pemanasan global yang diakibatkan perubahan iklim, hewan berdarah panas melakukan berbagai cara. Pertama pindah ke daerah yang lebih dingin, seperti lebih dekat ke kutub atau ke tempat yang lebih tinggi. Kedua beberapa mengubah waktu pembiakan dan migrasi pada waktu yang lebih dingin.
Cara ketiga adalah melakukan evolusi dengan mengubah ukuran tubuh mereka agar lebih cepat dingin. Dalam penelitian terbarunya pada beberapa spesies, Ryding dan rekan sejawatnya di Deakin University, Profesor Matthew Symonds, menyatakan bahwa hewan mampu mengatasi perubahan iklim dengan mengubah ukuran telinga, ekor, paruh, dan pelengkap lainnya.
"Kami menemukan contoh hewan yang meningkatkan ukuran pelengkap secara paralel dengan perubahan iklim dan peningkatan suhu terkait," ujar Ryding.
Penelitian mereka berhasil mengidentifikasi beberapa contoh hewan yang mengubah bentuk diantaranya beberapa spesies di Australia. Perubahan bentuk tersebar luas, bahkan terjadi beberapa perubahan bentuk secara mendasar.
Perubahan bentuk untuk mendapatkan pendinginan yang lebih baik di masa lalu dilakukan oleh gajah Afrika. Hewan raksasa ini memompa darah hangat ke telinga besar mereka, yang kemudian mengepakkan telinganya untuk melepaskan panas.
Aturan Allen
Sama dengan gajah burung juga melakukan hal yang mirip dengan menggunakan paruhnya. Saat cuaca panas terik, burung beo raja mengalirkan darah darah ke paruhnya. Hal ini ditunjukkan dengan suhu yang lebih tinggi hangat daripada bagian tubuh lainnya.
Pada 1870-an, ahli zoologi Amerika, Joel Allen, mencatat pada iklim yang lebih dingin, hewan berdarah panas juga dikenal sebagai endoterm, cenderung memiliki pelengkap yang lebih kecil. Sedangkan mereka yang berada di iklim yang lebih hangat cenderung memiliki pelengkap yang lebih besar.
Pola ini dikenal sebagai "aturan Allen". Beberapa penelitian pada burung dan juga mamalia mendukung aturan ini, membantu membuat prediksi tentang bagaimana hewan akan berevolusi saat iklim menghangat.
"Penelitian kami berangkat untuk menemukan contoh perubahan bentuk hewan selama abad terakhir, konsisten dengan pemanasan iklim dan aturan Allen," jelas Symonds.
Ini termasuk beberapa spesies burung beo Australia. Studi menunjukkan ukuran paruh kakatua Gang-gang (Callocephalon fimbriatum) dan burung beo punggung merah (Psephotus haematonotus) telah meningkat antara 4 persen dan 10 persen sejak 1871.
Bukan hanya pada burung, ukuran pelengkap mamalia juga bertambah besar. Misalnya, pada celurut bertopeng (Sorex cinereus) yang panjang ekor dan kaki telah meningkat secara signifikan sejak 1950. Sementara itu pada kelelawar berhidung daun besar (Hipposideros armiger), ukuran sayap meningkat sebesar 1,64 persen selama periode yang sama.
"Berbagai contoh menunjukkan perubahan bentuk sedang terjadi di berbagai jenis pelengkap dan di berbagai hewan, di banyak bagian dunia. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan jenis hewan mana yang paling terpengaruh," ucap Ryding. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 2 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 3 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
- 4 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 5 Keren Terobosan Ini, Sosialisasi Bahaya Judi “Online” lewat Festival Film Pendek
Berita Terkini
- Menlu Sugiono Bertemu Menlu Saudi, Bahas Rencana Kunjungan Presiden Prabowo ke Riyadh
- Universal Film Berhasil Raih 25 Nominasi Bersejarah di Ajang Oscar 2025
- Film Musikal ‘Emilia Perez’ Pimpin 13 Nominasi Oscar 2025
- Selena Gomez Bikin Kejutan dengan Proyek Musik Barunya
- Tumblr rilis fitur konten video di Tumblr TV