Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pertemuan Internasional I Tiga Negara Siap Memimpin Upaya Teknologi Keamanan Informasi

ASEAN Bahas Pemberantasan Teroris Lewat Sosmed

Foto : ISTIMEWA

Pembukaan ARF ke-50 l Sejumlah Menteri Luar Negeri dari 10 negara anggota ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN, Le Luong Minh (kanan), berpose bersama saat upacara pembukaan pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) ke-50 di Manila, Filipina, Sabtu (5/8).

A   A   A   Pengaturan Font

KTT ASEAN diharapkan bisa mencetuskan komunike soal antisipasi ancaman kelompok militan yang jadi isu serius di sejumlah negara ASEAN. Komunike yang sedang dibahas yaitu memanfaatkan sosial media dalam menghentikan penyebaran aksi terorisme.

MANILA - Lebih dari dua puluh negara-negara di kawasan Asia akan menyetujui penggunaan sosial media dalam menghentikan penyebaran aksi kekerasan yang dilakukan oleh para ekstremis di kawasan.

Para Menteri Luar Negeri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan 17 negara mitra ASEAN diperkirakan akan menciptakan sebuah mekanisme kawasan dalam mengatasi ancaman keamanan dan semua ini akan dituangkan dalam komunike yang akan dicetuskan pada penutupan konferensi tingkat tinggi ASEAN di Manila, Filipina, pada Selasa (8/8) esok.

"Para menteri luar negeri mengutuk tindakan-tindakan terorisme yang baru-baru ini terjadi dalam berbagai bentuk dan manifestasi. Para menlu melihat adanya kebutuhan untuk mengambil langkah penuh dan secara efektif menggunakan sosial media untuk menghambat penyebaran secara naratif lewat daring teroris" demikian bunyi draft pernyataan bersama para Menlu ASEAN, Sabtu (5/8).

Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN, diprediksi akan membahas rencana menciptakan sebuah mekanisme untuk mendorong upaya teknologi keamanan informasi, dimana pemerintah Jepang, Malaysia, dan Singapura, bersedia memimpin program ini.

Isu Serius

Bagi tuan rumah penyelenggaraan KTT ASEAN yaitu Filipina, isu terorisme telah menjadi permasalahan yang serius di negara itu. Ideologi kelompok Islamic State (ISIS) telah bercokol di wilayah selatan Filipina, dimana kelompok-kelompok militan lokal menggunakan sosial media sebagai wadah utama untuk merekrut para militan, termasuk dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Pasukan militer Filipina telah berperang melawan militan-militan garis keras yang menguasai sebagian wilayah di Kota Marawi. Sekitar 700 orang tewas dan lebih dari 400.000 penduduk Marawi kehilangan tempat tinggal karena sengitnya pertempuran. Otoritas Filipina sangat yakin militan-militan garis keras yang ada di Marawi kemungkinan sedang mempersiapkan serangan di kota-kota lain di Filipina.

Pejabat senior dari Kementerian Luar Negeri Filipina yang tidak mau dipublikasi identitasnya mengatakan kepada Reuters bahwa ke-10 Menteri Luar Negeri ASEAN sudah siap mengambil langkah-langkah karena mereka melihat bagaimana para militan tersebut mengeksploitasi sosial media untuk mempromosikan ideologi mereka, merekrut, dan menjadikan serangan-serangan mereka inspirasi yang bisa disalahartikan.

"Mereka menyebar video-video kekerasan melalui media sosial seperti Twitter dan Facebook, serta berkomunikasi melalui aplikasi pesan di Telegram," kata sumber tersebut.

Sementara itu, juru bicara militer Filipina, Restituto Padilla, mengatakan banyak negara telah membuat kemajuan terkait terorisme. Kendati demikian, masih ada kebutuhan bagi ASEAN untuk melakukan lebih banyak hal terkait ini.

"Kita bisa melakukan lebih banyak hal selain kerja sama bidang militer. Ada sebuah peningkatan hubungan, dimana kami berharap bukan hanya meningkatkan hubungan kerja sama pemberantasan terorisme dengan Indonesia dan Malaysia, tetapi juga dengan negara lain. Sebab tantangan yang kami hadapi di Marawi telah berdampak pula pada seluruh kawasan," kata Padilla, Sabtu (5/8).

Indonesia dan Malaysia telah membantu pemerintah Filipina melalui pertukaran informasi dan agen intelijen dalam upaya memberantas terorisme. Ketiga negara juga sudah berkoordinasi dalam melakukan patroli-patroli perbatasan untuk mengantisipasi pergerakan secara bebas para militan ini. uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top