Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Triwulan II-2020 - Sektor Pertanian Tumbuh 2,15 Persen

Pertanian Topang Ekonomi Nasional

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sektor pertanian kembali mampu mengerem penurunan kinerja perekonomian nasional yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

JAKARTA - Sektor pertanian memang masih tumbuh positif di saat beberapa sektor lainnya terkontraksi selama pandemi Covid-19 ini. Karena itu, banyak pihak menilai sektor pertanian diyakini mampu menjadi sumber baru penggerak pertumbuhan ekonomi nasional ke depan jika digarap secara maksimal.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menjadi lapangan usaha utama yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2020 yang terkontraksi sebesar 3,49 persen (yoy). Dari lima lapangan usaha yang dominan mendukung Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sektor pertanian yang masih tumbuh positif.

"Sektor pertanian tumbuh 2,15 persen atau hampir sama pada triwulan II-2020 sebesar 2,19 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (5/11).

Dia menjelaskan pertumbuhan sektor pertanian itu didukung oleh panen raya kedua tanaman padi serta peningkatan permintaan buah dan sayuran maupun komoditas perkebunan, seperti kakao, karet, cengkeh, dan tembakau. Pertumbuhan positif ini tidak diikuti oleh sektor lainnya seperti industri pengolahan yang masih tumbuh minus 4,31 persen, perdagangan minus 5,03 persen, konstruksi minus 4,52 persen, maupun pertambangan minus 4,28 persen.

Selain lima sektor usaha yang menyumbang 64,13 persen PDB itu, BPS juga mencatat sektor lapangan usaha lain juga tumbuh positif selama periode triwulan III-2020. Sektor tersebut meliputi informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,61 persen, jasa kesehatan 15,33 persen, jasa pendidikan 2,44 persen, pengadaan air 6,04 persen dan administrasi pemerintahan 1,86 persen.

Sektor lainnya, akomodasi dan makan minum masih tercatat tumbuh minus 11,85 persen, transportasi dan pergudangan minus 16,7 persen, real estat minus 1,98 persen dan jasa perusahaan minus 7,61 persen.

Meski terdapat sektor yang terkontraksi, Suhariyanto mengatakan pemulihan ekonomi mulai terjadi karena rata-rata lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif secara triwulanan. "Masih terkontraksi, tapi tidak sedalam triwulan II. Jadi ada perbaikan, yang arahnya harus terus dijaga dengan optimisme bersama," katanya.

Penyempitan Lahan

Sebelumnya, pengamat Ekonomi, Rusli Abdullah, menyebutkan dua isu utama yang perlu menjadi perhatian pemerintah meliputi soal lahan dan sumber daya manusia (SDM) pertanian. Menurutnya, dua masalah ini sangat penting bagi keberlanjutan sektor pertanian ke depannya.

Areal pertanian yang kian menyempit dikhawatirkan dapat mengurangi produktivitas. Salah satu alasannya karena banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke sektor lainnya, seperti perumahan.

Sementara itu, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta, menilai pemerintah perlu meningkatkan upaya mendorong investasi di sektor pertanian untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan sektor ini. Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat investasi di sektor pertanian Indonesia sebesar 400 triliun rupiah, mayoritas dari petani pada 2016.

mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top