Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Startegi Pembangunan - Jangan Tunda Lagi Membuat Kebijakan Pro Petani

Pertanian Berperan Besar Kurangi Kemiskinan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

>>Setiap 1 persen pertumbuhan pertanian menurunkan 0,6 sampai 1,2 persen kemiskinan.

>>Pemerintah mesti menyadari mayoritas penduduk Indonesia adalah petani dan nelayan.

JAKARTA - Sejumlah pihak menyatakan salah satu kunci utama untuk menurunkan kemiskinan adalah menciptakan kesempatan kerja dan usaha.

Kurangnya kesempatan kerja itulah yang menjadi salah satu penyebab utama mengapa banyak warga dari pedesaan yang memilih untuk menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Oleh karena itu, peningkatan pembangunan pertanian sangat penting untuk ditekankan kembali. Sebab, industri pertanian terbukti membuka kesempatan kerja yang sangat luas, dan dapat menjangkau hingga ke pelosok pedesaan.

Bahkan, studi Bank Dunia (2012) menyatakan setiap 1 persen pertumbuhan pertanian mampu menurunkan 0,6 sampai 1,2 persen kemiskinan.

Pengamat ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo, menyatakan pemerintah semestinya menyadari bahwa sektor pertanian yang pelakunya mayoritas masyarakat Indonesia adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya.

"Penelitian Bank Dunia membuktikan hal itu dan hendaknya pemerintah tidak menunda-nunda lagi dalam membuat kebijakan serta program nyata yang berpihak pada masyarakat desa dan sektor pertanian," kata Adi saat dihubungi, Rabu (22/8).

Seperti diketahui, di dalam studi yang dibuat International Finance Corporation (World Bank Group), 2012, menyebutkan investasi pada pertanian memberikan landasan kuat bagi orang-orang untuk keluar dari kemiskinan melalui hubungan transmisi langsung dan tidak langsung mengingat sebagian besar orang miskin masih terlibat dalam kegiatan ini, khususnya di daerah perdesaan.

Selain itu, dampak langsung dari peningkatan produktivitas pertanian adalah peningkatan pendapatan pertanian dan penawaran agregat.

Efek pengurangan kemiskinan berikutnya adalah keterandalan produk yang akan menentukan partisipasi petani kecil dan rumah tangga miskin dalam produksi.

Menurut Adi, pemerintah seharusnya kembali kepada kondisi riil penduduk Indonesia yang mayoritas adalah petani dan nelayan. "Semestinya pemerintah sadar bahwa pertanian adalah kunci vital dari pertumbuhan yang berkualitas.

Jangan menunda-nunda lagi membuat kebijakan yang pro petani, jangan hanya kebijakan yang menguntungkan segelintir orang. Bila desa kuat, otomatis negara juga ikut kuat.

Sebaliknya, kalau petani makin miskin, bukan tidak mungkin kemiskinan mereka akan merambat ke kota, karena bahan- bahan impor yang semakin tidak terjangkau," pungkas dia.

Dihubungi terpisah, pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa, mengatakan pembangunan pertanian dapat membantu mengentaskan kemiskinan asalkan dibangun secara tepat.

"Selama pembangunan pertanian tepat bisa mengentaskan kemiskinan. Tapi, kalau pembangunan pertanian tidak tepat, ya malah semakin memiskinkan petani," katanya.

Menurut Andreas, pembanguan pertanian yang tepat adalah penggunaan dana efektif dan betul-betul mampu memiliki daya ungkit terhadap kesejahteraan petani.

Sayangnya, pembangunan petani yang tepat tersebut belum dilakukan saat ini, terbukti adanya kemeresotan nilai tukar petani (NTP). "NTP itu kan merosot jauh. Dari awal tahun 2000 masih berkisar 123-124, sekarang ini turun sekitar 100.

Ini artinya, pembangunan pertanian tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan warga yang tinggal di perdesaan," katanya.

Alih Profesi

Tandanya lainnya, kalau melihat Sensus Pertanian 2013, ada lima juta petani dalam kurun waktu 10 tahun terpaksa keluar dari lahan pertanian.

Mereka keluar dari lahan pertanian bukan karena telah mendapatkan penghidupan yang layak, tapi terpaksa karena kemiskinan kemudian mencari profesi lain.

"Karena, kalau saya lihat datanya, mereka yang keluar dari lahannya adalah petani miskin dengan luas lahan kurang dari 1.000 meter persegi, " kata Andreas.

Andreas menegaskan, jika melihat data NTP dan Sensus Pertanian 2013 makin tampak bahwa tidak ada perbaikan dalam pembangunan pertanian.

"Yang terjadi, justru pemburukan," tegasnya. Meski begitu, Andreas tetap optimistis masih bisa diperbaiki. Salah satunya kalau melihat anggaran pertanian yang mengalami kenaikan cukup signifikan.

Tiga tahun terakhir ini angkanya 50-60 triliun rupiah digelontorkan untuk pertanian. Di situ meliputi subsidi pupuk, subsidi benih, berbagi Alkintan, dan berbagai program yang dijalankan Kementerian Pertanian.

"Itu kan angkanya besar. Kalau bisa digunakan lebih tepat sasaran dan lebih efektif akan memiliki daya ungkit yang lumayan untuk peningkatan kesejahteraan petani," kata dia. SB/ahm/AR-2

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top