Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pertamina Diminta Fokus pada Industri Petrokimia Domestik

Foto : ANTARA/HO-Pertamina

Ilustrasi petugas mengontrol produksi pertrokimia Kilang Pertamina Internasional.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) perlu lebih fokus pada industri petrokimia domestik dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku petrokimia, kata Anggota Komisi VI DPR RI Lamhot Sinaga.

Lamhot Sinaga dalam rilis di Jakarta, Minggu (23/5), meminta Pertamina berkomitmen penuh dalam memperkuat industri petrokimia nasional.

Dia mengemukakan, saat ini hampir 70 persen kebutuhan Indonesia akan bahan baku petrokimia dipenuhi dari impor.

Padahal, lanjutnya, industri yang menggunakan bahan baku tersebut terus berkembang. "Ini kan harus disiapkan, sebagaimana lazimnya sebuah negara biasanya adalah bahwa petrochemical itu dikelola sendiri," paparnya.

Lamhot menegaskan setiap kilang wajib diintegrasikan dengan industri petrokimia karena semua turunannya berada di dalam industri tersebut.

Dia mengutarakan harapannya agar dalam suasana restrukturisasi yang saat ini dilakukan Pertamina, keinginan memperkuat industri petrokimia dapat diwujudkan, terlebih nilai investasi daripada restrukturisasi tersebut nilainya mencapai 80 miliar dolar AS.

Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional mencatatkan kinerja positif bisnis pengolahan dan petrokimia dengan melampaui target yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada triwulan I 2021.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mengatakan faktor utama yang mendorong kinerja positif tersebut, antara lain optimasi kilang dan efisiensi biaya operasional.

"Optimasi kilang juga dilakukan dalam proses pengadaan minyak mentah. Kami diberikan fleksibilitas dalam mengolah minyak mentah negara agar dapat memberikan profitabilitas kilang yang lebih baik," kata Djoko.

Optimasi kilang dilakukan dengan menghasilkan produk bernilai tinggi sesuai dengan pergerakan crack spread atau perbedaan antara harga minyak mentah sebagai bahan baku dan harga produk yang dihasilkan kilang.

Menurut Djoko, upaya optimasi berhasil menjadikan imbal hasil produk di atas target. Persentase produksi bernilai tinggi, seperti produk bahan bakar minyak dan petrokimia mencapai realisasi di atas 79 persen lebih tinggi dibandingkan target pada RKAP sekitar 78 persen.

"Plant Availability Factor (PAF) yang merupakan indikator keandalan operasi kilang terhadap perencanaan operasi juga berhasil kami tingkatkan menjadi hampir 100 persen lebih tinggi daripada versi RKAP sekitar 99 persen," kata Djoko.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top