Permukaan Air Laut Naik Lebih Cepat di Pasifik
Celeste Saulo
Foto: AFP/Fabrice COFFRINIJENEWA - Kenaikan permukaan laut di Samudra Pasifik melampaui rata-rata global dan membahayakan negara-negara kepulauan yang berada di dataran rendah, menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Selasa (27/8).
Secara global, kenaikan permukaan air laut semakin cepat karena suhu yang lebih tinggi yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang terus-menerus mencairkan lapisan es yang sangat besar, sementara suhu lautan yang lebih hangat menyebabkan molekul air mengembang.
Namun bahkan jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikan global sebesar 3,4 juta per tahun selama tiga dekade terakhir, laporan WMO menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan tahunan jauh lebih tinggi di dua wilayah pengukuran di Pasifik serta di utara dan timur Australia.
"Aktivitas manusia telah melemahkan kapasitas laut untuk menopang dan melindungi kita dan melalui kenaikan permukaan laut, serta mengubahnya menjadi ancaman yang semakin besar," kata Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, dalam sebuah pernyataan yang bertepatan dengan peluncuran laporan keadaan iklim regional tahun 2023 di sebuah forum di Tonga.
Saulo menambahkan bahwa perubahan iklim telah menjadi krisis global dan merupakan tantangan utama yang dihadapi umat manusia saat ini. Masyarakat, perekonomian, dan ekosistem di seluruh kawasan Pasifik Barat Daya terkena dampak besar dari dampak yang ditimbulkannya.
"Semakin jelas bahwa kita kehabisan waktu untuk membalikkan keadaan. Lautan telah menyerap lebih dari 90 persen panas berlebih yang terperangkap oleh gas rumah kaca dan sedang mengalami perubahan yang tidak dapat diubah selama berabad-abad mendatang. Kita sudah melihat lebih banyak banjir di wilayah pesisir, kemunduran garis pantai, kontaminasi air asin pada pasokan air tawar, dan pengungsian masyarakat," tutur Saulo.
Perubahan Iklim
Peningkatan tersebut telah menyebabkan peningkatan frekuensi banjir rob di wilayah pesisir sejak tahun 1980, dengan lusinan kejadian serupa terjadi di pulau-pulau seperti Kepulauan Cook dan Polinesia Prancis yang sebelumnya hanya melaporkan segelintir kasus serupa setiap tahunnya.
Peristiwa seperti ini kadang-kadang disebabkan oleh siklon tropis yang menurut para ilmuwan juga bisa semakin parah akibat perubahan iklim, seiring dengan meningkatnya suhu permukaan laut. Lebih dari 34 bahaya seperti badai dan banjir dilaporkan terjadi di kawasan Pasifik pada tahun 2023, yang mengakibatkan lebih dari 200 kematian, kata laporan WMO, seraya menambahkan bahwa hanya sepertiga negara berkembang kepulauan kecil yang memiliki sistem peringatan dini.
Juru bicara WMO mengatakan bahwa dampak kenaikan permukaan air di pulau-pulau Pasifik sangat besar karena rata-rata ketinggian pulau-pulau tersebut hanya satu atau dua meter di atas permukaan laut.
Untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya tersebut, menteri luar negeri Tuvalu sempat memberikan pidato di konferensi iklim PBB pada tahun 2021 sambil berdiri di air laut setinggi lutut sehingga menjadi berita utama global.
Namun laporan WMO mengatakan kenaikan lebih lanjut di seluruh planet ini akan berlanjut selama berabad-abad hingga ribuan tahun karena terus berlanjutnya serapan panas laut dalam dan hilangnya massa lapisan es. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 4 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Ketua DEN Dorong Family Office Jalan pada Februari 2025
- Pep Guardiola Kesal City Ditahan Imbang Brentford
- Brigjen Purn Mengendarai Mobil Terjun ke Laut
- BPS DKI Catat Jumlah Penduduk Miskin di Jakarta Turun, Kini yang Miskin hanya Segini
- 10.000 Hektare Tambak Tak Produktif di Bekasi Bakal Direvitalisasi