Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pilar Perekonomian - Rencana Penurunan PTKP Bisa Gerus Daya Beli Masyarakat

Perilaku Konsumsi Bergeser

Foto : Sumber: BPS – Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Penurunan konsumsi rumah tangga saat ini ditengarai adanya perubahan perilaku masyarakat, bukan akibat pelemahan daya beli. Meski demikian, pemerintah pantas mewaspadai penurunan konsumsi, mengingat selama ini menjadi penggerak utama perekonomian di tengah investasi dan ekspor masih lesu.

Pengamat ekonomi, Fasial Basri, menilai daya beli masyarakat tidak merosot karena tidak ada kejadian atau kebijakan yang mengganggu daya beli tersebut. "Daya beli itu, yang tercermin dari konsumsi, tidak ada gangguan dari berbagai arah," kata Faisal dalam diskusi ekonomi, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) tersebut menilai tidak ada indikasi yang menyebabkan pendapatan yang siap dibelanjakan atau disposable income berkurang karena tarif pajak tidak naik. Faisal menjelaskan daya beli masyarakat secara keseluruhan akan merosot bila peningkatan pendapatan masyarakat lebih lambat ketimbang peningkatan harga umum sebagaimana terefleksikan dari laju inflasi.

"Tetapi, kalau pemerintah jadi menurunkan tingkat pendapatan tidak kena pajak (PTKP) misalnya, baru terasa (daya beli masyarakat menurun)," ucap dia. Faisal menilai ada fenomena menarik di mana kelompok masyarakat tertentu menikmati peningkatan pendapatan, tetapi konsumsinya tidak naik karena porsi pendapatan yang ditabung meningkat. Kecenderungan itu terlihat dari peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga di perbankan sejak Oktober 2016.

"Leisure Activity"

Pada kesempatan sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, melihat terjadi perubahan perilaku konsumsi masyarakat saat ini, terutama dari barang-barang biasa menuju komoditas yang termasuk dalam kegiatan waktu luang atau leisure activity. "Konsumsi untuk leisure naik dan itu menunjukkan masyarakat mulai memikirkan gaya hidup," kata Suhariyanto.

Dia menjelaskan komoditas yang termasuk dalam kegiatan waktu luang di antaranya hotel, restoran, tempat rekreasi, dan kegiatan kebudayaan. Masyarakat sekarang ketika pendapatannya tetap memiliki kecenderungan untuk bertamasya dan rekreasi, yang indikasi ditunjukkan dengan banyaknya destinasi yang menawarkan komoditas leisure yang murah.

"Memang ada shifting menuju ke sana, entah bagian gaya hidup atau karena masyarakat sudah penat dan ingin take a break," ucap Suhariyanto. Meski demikian, pengamat ekonomi, Hendri Saparini, memperingatkan pemerintah perlu mewaspadai pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga belakangan ini.

Sebab, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebagian besar disumbang konsumsi. Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional itu menyebutkan melambatnya konsumsi rumah tangga dapat dilihat mulai triwulan III-2016. "Konsumsi konsisten terus tumbuh pelan-pelan. Memang biasa tumbuhnya di antara 4,5 persen-5 persen," kata dia.

mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top