Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Peresmian Bandara Baru Yogya

A   A   A   Pengaturan Font

Wahyu bersama istri dan tiga anaknya sangat senang bisa menikmati penerbangan perdana dari Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) ke Jakarta, Minggu (5/5) dan kembali ke Yogyakarta lewat YIA, Senin (6/5). Wahyu dan beberapa keluarga lain bahkan merelakan waktu dan biaya untuk menjajal penerbangan perdana YIA tersebut. Mereka pergi ke Jakarta dan balik kembali ke Kulon Progo, Yogya.

Sedangkan Citilink menjadi maskapai pertama yang mendarat di YIA. Pesawat Airbus A320 bernomor penerbangan QG132 itu berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta sekitar pukul 11.40 dan mendarat di YIA pukul 12.40. Peresmian dan sekaligus pengoperasian Bandara YIA menandai era baru penerbangan dari dan ke Kota Budaya Yogyakarta dan sekitar.

Ini juga mencerminkan pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara yang terus dilakukan pemerintahan Jokowi untuk memudahkan mobilitas masyarakat. Selain Bandara YIA, pemerintah masih menyelesaikan sejumlah pembangunan bandara daerah lain dan tentunya infrastruktur lain yang sangat vital bagi kemajuan ekonomi.

Menengok sejarah singkat Bandara YIA, sejak tahun 2000, pemerintah daerah telah membuka wacana bandara baru di kawasan Kulon Progo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memasukkan proyek dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 2011.

Lalu, ketika Presiden Jokowi berkuasa menilai, proyek terlalu lambat, lalu menerbitkan Peraturan Presiden 98/2017 tentang percepatan pembangunan dan pengoperasian bandara Kulon Progo. Menurut Jokowi, ketika meresmikan pembangunan bandara, Januari 2017, setiap keputusan pasti ada risiko. Namun, ternyata hanya dalam waktu sekitar 2 tahun 3 bulan, bandara bisa dirampungkan dan dioperasikan.

Bandara Internasional Yogyakarta memiliki landas pacu sepanjang 3.250 meter dan area parkir berkapasitas hingga 35 pesawat pada tahap I tahun 2019. Berdasarkan data Bappenas, pembangunan bandara di Kulon Progo dapat menampung 14 juta penumpang per tahun.

Data tersebut dibandingkan kondisi Bandara Adisutjipto yang hanya memiliki luas 15 ribu meter persegi dan cuma bisa melayani sekitar 1,2 juta penumpang per tahunnya. Apron berkapasitas hanya delapan pesawat dan runway sepanjang 2.250 meter. Padahal jumlah pergerakan penumpang Bandara Adisutjipto saat ini telah mencapai sekitar tujuh juta penumpang.

Setelah peresmian dan pengoperasian bandara baru yang menelan biaya pembangunan sekitar 6 triliun rupiah tentu masyarakat, khususnya warga Yogyakarta, banyak berharap dampak positif baik dalam bidang ekonomi, wisata, tenaga kerja, amupun sektor lain yang berhubungan dengan ekonomi kreatif.

Karena lokasinya di Kulon Progo yang relatif cukup jauh dari pusat Kota Yogya, maka pengelola bandara harus menyediakan sarana transportasi dari dan ke bandara menuju tempat-tempat yang sering dikunjungi masyarakat dalam dan luar negeri. Menteri Perhubungan Budi Karya sendiri sudah berjanji akan memprioritaskan pembangunan akses jalan ke Candi Borobudur dan tempat wisata ikonik lainnya di Yogya dan Magelang.

Juga rencana pembangunan transportasi kereta api harus segera dirampungkan, sehingga target bandara baru yang akan menjadi andalan Yogyakarta bisa tercapai. Kita berharap makin banyaknya sarana infrastruktur yang dibangun dan diresmikan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi baik lokal maupun nasional. Transportasi yang memadai baik udara, darat, maupun laut menjadi keharusan bagi sebuah negara besar seperti Indonesia.

Jadi, menjelang Hari Raya dan ketika arus mudik ke berbagai kota di Jawa, termasuk Yogyakarta, bandara baru ini sudah memberikan sumbangan besar bagi masyarakat yang akan bersilaturahmi ke berbagai kota sekitar Yogya.

Komentar

Komentar
()

Top