Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perempuan Pesepeda di Jalan Raya

Foto : dok WCC Nusantara
A   A   A   Pengaturan Font

WCC Nusantara menjadi komunitas bersepeda perempuan dengan lintasan jalan raya.

Ketika para perempuan bersepeda, maka tak sekadar hanya mengukur jarak tempuh. Mereka akan saling tukar informasi bahkan tak canggung bersepeda dengan make up tebal. Itulah Woman's Cycling Community Nusantara atau WCC Nusantara, mereka menjadikan olah raga sepeda sebagai penunjang kesehatan tanpa perlu melepas atribut perempuan.

Deretan perempuan pesepada ini akan menyusuri jalanjalana ibu kota bahkan daerah- daerah penyangga Jakarta setiap bulannya. Jersey yang melekat pada tubuh dengan warna mencolok tak dipungkiri mengundang daya tarik pengguna jalan maupun pekerja bangunan di sepanjang jalan.

"Kalau disuit-suitin sama tukang bangunan sudah biasa," ujar Tabitha Sumendap, pendiri Women's Cycling Community Nusantara yang ditemui di pusat perbelanjaan di bilangan selatan Jakarta, Jumat (4/5) siang. Ia dan teman-temannya memilih tidak menanggapi komentar di sepanjang perjalanan.

Mereka lebih fokus bersepeda yang menuntut konsentrasi selama perjalanan. WCC Nusantara menjadi komunitas bersepeda perempuan dengan lintasan jalan raya. Tidak hanya di Jakarta dan daerah penyangga, mereka melakukan perjalanan di sejumlah kota besar di Indonesia, terutama melalui perwakilan yang ada di daerah. "Kita ingin menggabungkan WCC Nusantara dari Sabang sampai Merauke," ujar wanita yang biasa disapa Tabby ini. Jarak yang ditempuh yang dilalui minimal 40 kilometer atau kurang lebih sekitar 1,5 jam. Jarak tersebut dianggap cukup memadai untuk memaksimalkan gerak otototot tubuh.

Perjalanan yang melintasi Jalan Sudirman ke Kawasan Ancol, Bintaro maupun ke arah Depok tak pernah menyurutkan semangat anggota komunitas. Sepanjang perjalanan, mereka tidak pernah berhenti di tengah perjalanan. Satu sama lain saling memberikan semangat untuk terus mengayuhkan pedal sepedanya.

Layaknya perempuan yang tidak bisa lepas dari make up, sebagian anggota WCC Nusantara melakoni olah raga sepeda dengan make up penuh, mulai lipstik, maskara, bulu mata, bedak, perona mata maupun perona pipi. Mereka tidak takut make up luntur oleh keringat. "Kan, ada yang waterproof," ujar Tabby tergelak mengingat teman-temannya yang selalu heboh denganmake up penuh sebelum bersepeda. Bahkan untuk hari-hari tertentu semacam Hari Kartini, mereka tak sungkan-sungkan bersepeda dengan menggunakan kebaya sebagai outwear jersey. Atribut perempuan inilah yang selalu memberikan semangat untuk bersepeda dan berkumpul.

Coaching clinic maupun workshop tentang isu perempuan menjadi kegiatan lain selain bersepeda di jalan raya. "Kita adakan gathering untukwoman empowerment jadi saling mengisi," ujar dia yang terbuka untuk bekerja sama dengan brand perempuan ini. Hal ini tidak hanya terjadi pada acara khusus gathering, dilapangan mereka kerap bertukar cerita tentang pengalaman masing, baik pribadi, pekerjaan maupun anak. Ajang kumpul tersebutlah selalu memberikan inspirasi satu sama lain.

Tabby tidak memungkiri bahwa ada anggota yang saling mengelompok namun ia memilih untuk mengambil sisi positif dari kegiatan komunitas.

WCC Nusantara terbuka untuk umum. Sampai saat ini, anggota terdiri dari berbagai ragam profesi mulai mahasiswa, ibu rumah tangga sampai perempuan pekerja dengan rentang usia 25 sampai 55 tahun.

"Yang penting satu aja sih, kamu perempuan, kamu punya sepeda, udah," ujar wanita yang pernah bersepeda di jalan tol saat satu ruas jalan tol belum dibuka untuk umum.

Tabby tidak menampik untuk olah raga sepeda membutuh biaya yang tidak sedikit. Biaya yang dibutuhkan mulai dari sepeda sampai perlengkapan ridding kurang lebih sekitar 10 juta rupiah. Harga sepeda berkisar 5 sampai 50 juta rupiah tergantung dengan merek. Namun, komunitas tidak menuntut sepeda dengan harga mahal yang terpenting sepeda roda dua.

WCC Nusantara terbentuk secara resmi pada Agustus 2014 lalu. Tabby yang kerap ikut triathlon terinpirasi membuat komunitas sepeda perempuan setelah mengikuti triathlon di Filipina.

Di negara tersebut, banyak perempuan bersepeda yang menggunakan seragam. Akhirnya, dia bersama temanteman yang ikut triathlon membentuk komunitas sepeda khusus perempuan. Karena selama ini, pesepeda di jalanan di dominasi laki-laki ataupun atlet. Dengan adanya komunitas, perempuan bukan atlet dapat leluasa bersepeda di jalan raya sembari menebarkan virus hidup sehat. din/E-6

Ikuti Protap: Tertib dan Taat Aturan Jalan Raya

Ada aturan yang tidak tertulis selama bersepeda di jalan raya. Peraturan tersebut dipahami pengguna karena jalan raya sebagai milik umum. Berbagai macam kendaraan maupun pengguna jalan melintas di jalanan tersebut. Selama bersepeda di jalan raya, WCC Nusatara menerapkan aturan atau prosedur tetap tertentu untuk para anggotanya.

Tidak lain karena mereka akan berbagi jalan dengan pengguna jalan lainnya serta untuk keamanan. Para anggota dianjurkan untuk berjajar sebanyak dua orang selama perjalanan. "Jadi, kayak menyerupai mobil kan," ujar Tabby mengenai bersepeda di jalan raya. Aturan di jalan raya tidak hanya secara teknis.

WCC Nusantara mengajak WCC Bro untuk turut mengawasi selama perjalanan. WCC Bro merupakan laki-laki penggiat sepeda yang merupakan teman anggota WCC Nusantara. Mereka kerap bersepeda bersama di luar kegiatan WCC Nusantara. "Supaya, kita nggak kagok di jalan raya," ujar dia karena banyak anggota yang masih tergolong baru.

Para WCC Bro akan mendampingin anggota WCC Nusantara selama perjalanan. Selain itu, WCC Nusantara menggandeng patwal untuk memberikan jalan selama bersepeda di jalan raya. Keterampilan selama bersepeda merupakan kemampuan dasar yang tidak dapat dikesampingkan. WCC Nusantara selalu membekali anggota sebelum memulai perlintasan, misalnya cara mengambil air minum atau mengganti gigi sepeda.

Saat mengambil air minum, pesepeda akan melepas salah satu tangan. Jika kehilangan konsentrasi, pesepeda bisa kehilangan kontrol karena energi yang terkuras.

Selama bersepeda, Tabby membagi kelompok yang telah mahir bersepeda dengan kelompok yang belum terlalu mahir. Hal ini tidak lain terkait laju sepeda yang berbeda, kelompok yang mahir akan mengayuh sepeda lembih kencang sedangkan kelompok yang belum mahir mengayuh sepeda lebih lambat.

Pembagian ini sekedar memberikan kenyaman untuk setiap anggota. Serta untuk menginghindari, tabrakan antara satu sepeda dengan sepeda yang lainnya. Dengan mentaati segala kesepakan, para pesepeda dapat melaju di jalan raya dengan nyaman dan makin memacu untuk meningkatkan kemampuan diri. din/E-6

Jatuh Hati pada Olah Raga Bersepeda

Ada keasyikkan tersendiri saat mengayuh sepeda. Pemandangan alam terasa lebih dekat. Terlebih, energi bersepeda tidak sebesar energi berlari. Jika sudah mencoba, olah raga bersepeda bisa membuat jatuh hati. Hal tersebut yang dirasakan Natascha Oking, 42, ibu rumah tangga, wanita yang kerap mengikuti triathlon ini sangat menikmati perjalanan bersepeda. "Bisa keliling sambil menikmati udara atau alam, tapieffortnya nggak seberat berlari," ujar dia ketika dihubungi, Rabu (9/5) malam.

Dalam kesehariannya, wanita yang disapa Ule terbiasa melakukan olah raga triathlon (renang, lari dan bersepeda). Sehingga, olah raga bersepeda bukan merupakan barang baru. Meskipun ia merasa newbie saat bergabung di WCC Nusantara pada 2016 lalu. Sampai saat ini, jarak tempuh terjauh yang pernah dilaluinya sejauh 237 kilometer. Jarak tersebut diperoleh, saat ia mengikuti Grand Fondo Jawapos Suramadu pada 2016. Ule masih mengimpingimpikan untuk dapat bersepeda di daerah Indonesia Timur.

Sumba maupun Labuan Bajo merupakan daerah yang diincarnya. "Karena, cita-citaku ingin riding sambil keliling Indonesia," ujar dia sumringah. Meski olah raga sepeda tergolong memakan biaya, Ule mengatakan tidak ada budget khusus untuk hobinya ini. Sampai saat ini, ia masih setia hanya memiliki satu sepeda.

"Sayang mau dijual atau diduain, karena banyakstorynya dan my first bike," ujar dia yang mengaku belum pernah cedera selama bersepeda ini. Sebagai pendatang baru, Belladonna, 23, mahasiswa dan karyawan mengaku olah raga bersepeda bersama komunitas terasa menyenangkan sekaligus menantang. Semula, wanita yang akrab dipanggil Bella terbiasa bersepeda di dalam komplek perumahan. Sehingga ketika turun ke jalan, nyalinya sedikit ciut tetapi ada rasa ingin mencoba.

"Awalnya agak takut," ujar dia yang baru bergabung di WCC Nusanatara pada 2018 ini. Setelah beberapa kayuh, dia mulai bisa beradaptasi dengan jalan raya. Bagi Bella, ada pengetahuan lain yang diperoleh ketika bersepeda bersama komunitas.

Ia baru menyadari bahwa banyak orang yang peduli untuk hidup sehat. Selain itu, ia mendapatkan banyak informasi tentang keamanan selama bersepeda teknik bersepeda. din/E-6

Penulis : Dini Daniswari

Komentar

Komentar
()

Top