Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pengelolaan Anggaran l Subsidi Energi pada 2023 Naik Sekitar 30 Persen Jadi Rp209,9 Triliun

Percepat Reformasi Subsidi Energi

Foto : Istimewa

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Deve­lopment Indef, Abra Talattov

A   A   A   Pengaturan Font

Dengan masih berlakunya skema subsidi terbuka BBM dan LPG di tengah berlanjutnya fase pemulihan ekonomi maka semakin memperbesar risiko lonjakan permintaan BBM dan LPG subsidi melampaui kuota subsidi. Kondisi tersebut, turut menjadi sumber risiko terhadap pembengkakan subsidi dan kompensasi energi di tengah tahun konsolidasi fiskal.

Risiko defisit

Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan subsidi energi pada 2023 mencapai 209,9 triliun rupiah dengan rinciannya, subsidi BBM dan LPG sebesar 139,4 triliun rupiah, dan subsidi listrik sebesar 70,5 triliun rupiah. Angka tersebut lebih besar dibandingkan realisasi subsidi energi pada 2022 sebesar 157,6 triliun rupiah terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG sebesar 97,8 triliun rupiah, dan subsidi listrik sebesar 59,8 triliun rupiah.

Terkait dengan kenaikan tersebut, Indef memperingatkan risiko peningkatan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Dalam simulasi dengan perkiraan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) menyentuh 100 dollar AS per barel dan nilai tukar rupiah mencapai 15.000 rupiah per dollar AS maka berpotensi mengakibatkan kenaikan tambahan subsidi dan kompensasi BBM dan LPG sebesar 62,1 triliun rupiah. Dengan kondisi tersebut, defisit APBN 2023 berpotensi melampaui batas 3 persen terhadap PDB, yaitu 3,13 persen.

Sesuai dengan asumsi APBN 2023, ICP dipatok 90 dollar AS per barel, sementara nilai tukar rupiah di level 14.800 rupiah per dollar AS.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top