Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral I New Delhi Tutup Perbatasan Setelah 3 Warga Negaranya Dibunuh

Perbatasan Myanmar-India Ditutup

Foto : AFP/Jacob Khawlhring 

Tutup Perbatasan l Jembatan di atas Sungai Tiau yang berada di perbatasan antara India dan Myanmar di Zokhawthar, Negara Bagian Mizoram di timur laut India tampak ditutup. Pada Selasa (18/4), India menutup perbatasannya dengan Myanmar setelah tiga warga India yang berada di Negara Bagian Chin di Myanmar tewas bulan lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - India telah mengunci gerbang penyeberangan perbatasan utama dengan Negara Bagian Chin di Myanmar setelah tiga warga India tewas di negara bagian itu bulan lalu. Informasi itu dilaporkan oleh narasumber di wilayah itu pada Selasa (18/4).

Penutupan itu terjadi di tengah serangan militer yang intensif terhadap pasukan pemberontak di Negara Bagian Chin, di mana pada 10 April, sebuah jet tempur junta menjatuhkan bom di dekat sebuah sekolah menengah di Kota Praja Falam hingga menewaskan sembilan warga sipil dan melukai empat orang lainnya.

Akibatnya ribuan warga negara Myanmar melarikan diri dari pertempuran dan mengungsi melintasi perbatasan di Negara Bagian Mizoram India.

Narasumber mengatakan kepada kantor berita RFA Burma bahwa pada 22 Maret lalu ditemukan jasad hangus dari tiga perempuan etnis Chin kelahiran Myanmar yang memegang kewarganegaraan India di Matupi.

"Setelah penemuan itu, organisasi masyarakat sipil di Mizoram mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan warga negara India agar tidak bepergian ke Myanmar dan pada 6 April, otoritas India menutup dua gerbang perbatasan utama di Desa Matupi Hlungmang dan Gawnglaung," kata narasumber tersebut kepada RFA Burma.

"Selain itu, penyeberangan di perbatasan yang diakses dari Kota Rihkhawdar dan Thantalan di Chin juga ditutup oleh pihak India," imbuh narasumber itu.

Menurut organisasi masyarakat sipil Chin, sekitar 60.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran di Negara Bagian Chin, sementara sekitar 50.000 lainnya telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Negara Bagian Mizoram dan Manipur di India.

Seruan AS

Sementara itu pada saat bersamaan, Kementerian Luar Negeri AS mengutuk vonis hukuman enam tahun penjara yang dijatuhkan kepada pemimpin agama Myanmar, Pendeta Dr Hkalam Samson.

Pengadilan Penjara Myitkyina di Negara Bagian Kachin pada 7 April lalu menghukum Pendeta Samson berdasarkan tuduhan dugaan terorisme, asosiasi yang melanggar hukum, dan menghasut oposisi terhadap rezim militer.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada awal pekan ini, seorang juru bicara kementerian Luar Negeri AS menyebut tuduhan itu telah direkayasa dan menuntut pembebasan segera Pendeta Samson.

Pendeta Samson, 65 tahun, adalah mantan presiden Konvensi Baptis Kachin dan presiden Majelis Konsultatif Nasional Kachin. Ia ditangkap di Bandara Internasional Mandalay Desember lalu, dalam perjalanan ke Thailand untuk perawatan medis.

Pihak berwenang memberi tahu dia bahwa namanya ada dalam daftar larangan terbang dan mengintrogasinya semalaman di markas komando daerah militer.

Keesokan harinya, pihak berwenang menerbangkannya kembali ke Myitkyina, ibu kota Negara Bagian Kachin, di mana dia ditangkap lagi.

Pada 2017, Pendeta Samson pernah mengunjungi Gedung Putih dan berterima kasih kepada presiden AS saat itu, Donald Trump, karena telah menerapkan larangan bepergian terhadap komandan militer senior Myanmar yang terlibat dalam tindakan keras terhadap warga Muslim Rohingya.

Dia juga mengimbau presiden AS saat itu untuk mengambil tindakan terhadap penganiayaan agama di Myanmar dan untuk mendukung transisi negara menuju demokrasi sejati.RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top