Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Fasilitas Khusus

Perbankan Diminta Memberikan Bunga Spesial untuk Eksportir

Foto : ISTIMEWA

Menteri Koordi­nator (Menko) bidang Pereko­nomian, Airlangga Hartarto

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, meminta perbankan untuk memberikan suku bunga spesial kepada para eksportir yang menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri.

Permintaan itu disampaikan Menko Airlangga lantaran masih banyak eksportir yang hanya sebentar menempatkan DHE di Indonesia dan kemudian dipindahkan ke perbankan di luar negeri.

"Ini persoalannya klasik, selalu eksportir mengatakan di luar negeri mereka mendapat bunga 3 persen, sedangkan di Indonesia tingkat bunga untuk penempatan dollar AS itu relatif masih over the counter," ujar Airlangga dalam acara "Kompas100 CEO Forum 2022" yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (2/12).

Seperti dikutip dari Antara, Airlangga mengatakan kondisi itu sangatlah disayangkan karena neraca dagang Indonesia sudah mengalami surplus 30 bulan berturut-turut, di mana rata-rata setiap bulan surplus mencapai lima miliar dollar AS.

Dengan demikian, keuntungan tersebut seharusnya bisa menjadi dukungan ketahanan eksternal Indonesia, namun nyatanya cadangan devisa Indonesia justru menurun saat ini.

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 tetap tinggi sebesar 130,2 miliar dollar AS, meski sedikit turun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022 yang sebesar 130,8 miliar dollar AS.

Cadangan Devisa

Maka dari itu, Airlangga menilai turunnya cadangan devisa menjadi pekerjaan rumah untuk memperdalam sektor ekonomi yang menghasilkan dollar AS, terutama yang melakukan ekspor.

"Kemarin, Gubernur BI juga sudah mengatakan akan memberikan Giro Wajib Minimum (GWM) khusus untuk menarik devisa ke dalam negeri," tambahnya.

Selain cadangan devisa, dia mengungkapkan penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia turut menjadi kekhawatiran saat ini. Meski masih dalam level ekspansi, yakni 50,3 pada November 2022, tetapi level tersebut kian menurun dari Oktober 2022 yang sebesar 51,8 dan September 2022 sebesar 53,7.

Penurunan PMI Manufaktur itu juga dirasakan oleh berbagai negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok yang sudah berada di bawah level 50.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top