Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter - Reformasi Struktural Perlu untuk Perkuat Sektor Domestik

Perang Dagang Diprediksi Berlanjut

A   A   A   Pengaturan Font

Misalnya, saat ini AS sedang mengkaji hubungan dagang dengan Vietnam. Bukan tak mungkin, AS menerapkan kebijakan perdagangan yang progresif untuk membalikkan posisi defiist perdagangan bilateral mereka.

"Kalau bisa mengerucut ke suatu titik, ini akan berhenti pada saat Pemilu. Itu adalah alat untuk Trump memenangkan Pemilu 2019. Kita bisa debat, tapi masuk akal bahwa artinya jika begitu akan panjang peluang perang dagang," ujar Dody. Pandangan mengenai keberlanjutan perang dagang tersebut mengemuka dalam beberapa analisis pelaku pasar.

Hal itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan beberapa lembaga keuangan internasional untuk memprediksi perlambatan perekonomian global akan berlanjut hingga 2020. Saat ini, AS menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap 300 miliar dollar AS produk Tiongkok ke AS.

Sebaliknya, Tiongkok membalas dengan menambah 25 persen tarif untuk produk ekspor AS ke Negeri Panda itu senilai 60 miliar dollar AS. Dengan demikian, risiko perang dagang sudah bisa dipastikan akan memengaruhi perekonomian global, sehingga ekspor akan turun yang berimbas pada melemahnya konsumsi.

"Dampak berikutnya juga terlihat konsumsi tertahan karena pendapatan ekspor akan berkurang, terutama Indonesia ekspor sumber daya alam sudah pasti eksportir kita ekuivalen rupiah yang diterima menurun dan mengurangi kemampuan konsumsi. Dampak berikutnya permintaan produksi berkurang karena demand global menurun, dan ini membuat juga investasi melambat di negara maju, emerging, dan Asia," kata Dody.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top