Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengembangan Pertanian l Generasi Milenial Dianggap Kaya Inovasi Hadapi Ketidakpastian

Peran Petani Muda Sangat Dinantikan

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pengelolaan pertanian di tangan anak-anak muda sekarang diharapkan bisa menjadi sesuatu yang keren karena berteknologi tinggi.

YOGYAKARTA - Perkembangan teknologi yang begitu cepat saat ini mendorong perubahan di berbagai sektor, termasuk pertanian. Institusi pendidikan pertanian di Indonesia perlu mengambil peran dan melakukan perubahan dalam menghadapi disrupsi teknologi di era revolusi industri 4.0.

Karena itu, diperlukan aktor atau pemain baru di sektor pertanian, terutama dari kalangan generasi milenial yang dianggap memiliki kaya inovasi dan berani menghadapi ketidakpastian sektor pertanian.

"Sejarah sudah membuktikan bahwa pionir selalu datang dari generasi muda yang tidak puas dengan kemapanan dan bukan generasi tua yang nyaman dengan kemapanan," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementan RI, Sumarjo Gatot Irianto, saat menyampaikan pidato ilmiah pada Rapat Senat Terbuka Upacara Dies Natalis ke-72, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis pekan lalu.

Dalam kesempatan itu, Dirjen mengajak anak-anak muda lulusan sarjana pertanian mengambil peluang dengan menjadikan era disrupsi sebagai peluang dan kesempatan menjadi pemain di dalamnya, bukan sebagai penerima manfaat sehingga akan tertinggal dan terpinggirkan.

"Sudah bukan jamannya lagi lulusan pertanian kerja di bank. Pertanian di tangan anak-anak muda sekarang jadi sesuatu yang keren karena berteknologi tinggi," katanya.

Selain itu, konsep pengajaran pendidikan pertanian juga perlu dilakukan perubahan, mengingat saat ini sudah banyak terdapat pendidikan gratis yang bisa didapatkan generasi muda lewat dunia digital. Seiring tumbuhnya internet of thing (IoT) dan konektivitas, keputusan pertanian saat ini sudah bersumber pada data dan bukan lagi keputusan subyektif manager pertanian.

"Selama ini kita tidak pernah mau berubah, tapi masih mengandalkan diktat (kuliah) yang sudah usang," katanya.

Menjelaskan tentang IoT tersebut, Dirjen mencontohkan salah satu kegiatan perusahaan swasta di Australia tidak lagi menggunakan lahan yang cukup luas dalam mengelola pertanian melainkan dengan memanfaatkan kelimpahan air laut.

"Mereka menanam sayuran dan buah-buahan secara hidroponik dengan mengunakan destilasi air laut serta energi surya sehingga minim penggunaan pupuk," katanya.

Pemanfaatan Teknologi

Bahkan dengan ditemukannya teknologi sensor kelembapan tanah dan suhu, melalui IoT kita dapat menentukan jumlah dosis dan interval irigasi serta menentukan waktu dilakukannya pengendalian hama dan penyakit. Dengan begitu efisiensi dan efektivitas penggunaan air bisa dilakukan.

Dia mengajak Fakultas Pertanian dapat bekerja sama dengan Fakultas Teknik dalam pengembangan sensor berbagai komoditas termasuk dalam interkoneksi alat untuk mekanisasi pertanian.

Dekan Fakultas Pertanian, Jamhari, dalam pidato Laporan Tahunan menyampaikan Fakultas Pertanian telah memanfaatkan teknologi informasi untuk pembuatan laman kanal pengetahuan dalam rangka penyebarluasan sumber pengetahuan kepada masyarakat.

"Kanal pengetahuan ini dapat diakses seluruh lapisan masyarakat atas hasil penelitian dan pengabdian sivitas akademika fakultas pertanian UGM," kata Dekan seraya menyebutkan link kanal tersebut yakni kanalpengetahuan.faperta.ugm.ac.id.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, Fakutas Pertanian mendorong peran aktif mahasiswa mengakses sumber informasi terkini melalui akses ke jurnal ilmiah.

YK/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top