Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hipertensi Paru

Penyakit Langka yang Sulit Dideteksi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Hipertensi Paru, penyakit langka yang mematikan ini banyak menyerang anak-anak dan kaum perempuan di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Istilah hipertensi atau tekanan darah tinggi tentu kerap dikaitkan dengan ukuran tekanan darah di pembuluh darah. Penyakit ini sangat familiar, bahkan memiliki prevalensi yang sangat tinggi. Dan tahukah Anda, hipertensi ternyata bisa secara spesifik menyerang paru?

Kondisi Hipertensi Paru ini menyebabkan tekanan darah tinggi pada bagian arteri paru, sehingga membuat jantung kanan bekerja lebih keras, hingga berakibat fatal bagi si penderita.

Tingkat kematian karena Hipertensi Paru lebih tinggi dibandingkan kanker payudara dan kanker kolorektal. Berdasarkan data yang dihimpun Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI) selama beberapa tahun terakhir, prevalensi Hipertensi Paru di dunia adalah 1 pasien per 10.000 penduduk, artinya diperkirakan terdapat 25 ribu pasien Hipertensi Paru di Indonesia.

Sebanyak 80 persen pasien Hipertensi Paru tinggal di negara-negara berkembang di mana Hipertensi Paru sering dikaitkan dengan penyakit jantung bawaan, penyakit paru lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), autoimun, pembekuan darah (emboli), dan sebagainya. Menurut catatan YHPI, Hipertensi Paru lebih sering diderita anak-anak hingga usia dewasa pertengahan, juga lebih sering dialami perempuan dengan perbandingan 9:1.

"Sayangnya, penanganan Hipertensi Paru di Indonesia terkendala oleh berbagai faktor, termasuk belum luasnya kesadaran terhadap bahaya penyakit Hipertensi Paru," ungkap Indriani Ginoto, Ketua Umum YHPI di acara 'Kenali, Cegah, dan Obati Penyakit Hipertensi Paru di Indonesia', di Jakarta belum lama ini. Kemudian yang juga menyulitkan, khususnya bagi pasien juga dari segi ketersediaan obat.

Dari dari 14 jenis obat yang tersedia, di Indonesia baru diedarkan satu jenis obat saja. Harganya pun tak murah. Satu tablet obat jenis Beraprost dijual dengan harga 4.700 rupiah, dan umumnya obat dikonsumsi sebanyak 3 kali sehari.

"Sisanya, masih harus difasilitasi oleh pasien sendiri. Itupun harganya perlu lebih terjangkau oleh mayoritas pasien. Kami berharap akses atas obatobatan penyakit hipertensi paru termasuk obat-obatan golongan sildenafil dengan dosis tertentu dapat dipercepat implementasinya," katanya.

Dalam kesempatan itu YHPI berharap pemerintah dapat membantu para pasien Hipertensi Paru untuk segera memperoleh pengobatan terhadap penyakit ini.

"Peningkatan pemahaman dan kewaspadaan akan Hipertensi Paru di kalangan masyarakat awam juga sangat diperlukan, agar penyakit ini dapat ditangani sedini mungkin sebelum berkembang menuju komplikasi lain yang bisa berakibat fatal," ujar Indriani. ima/R-1

Faktor Genetik

Faktor genetik berperan penting dalam memicu munculnya penyakit Hipertensi Paru, sedangkan pada anak-anak penyakit ini kerap dipicu adanya kelainan jantung bawaan (KJB).

Kelainan jantung ini ternyata dapat memicu Hipertensi Paru melalui kondisi lubang di serambi kanan, bilik kanan, atau bagian luar jantung. Menurut Kris lubang-lubang ini umum memang muncul pada janin, tapi kemudian menutup seiring perkembangan janin. Untuk itu para orang tua harus lebih waspada pada kesehatan anakanaknya.

Kris menyarankan agar orang tua memeriksakan kondisi jantung anak sedini mungkin. Deteksi ini bisa dilakukan sejak masih berupa janin, melalui langkah fetal echocardiographic atau USG jantung pada janin. Pencegahan ini pun terbukti sukses menekan risiko Hipertensi Paru pada anak.

Contoh di Jepang, pemeriksaan yang dilakukan secara berkala, mulai dalam kandungan, berusia sebulan, tiga bulan, satu tahun, tiga tahun, enam tahun, lalu ketika ia berada di kelas satu SMP, dan kelas satu SMA, berhasil mengetahui dan meredam KJB pada anak. Selain KJB, hipertensi paru juga ditemukan pada penderita penyakit autoimun atau lupus, HIV, pembekuan darah (emboli), dan sebagainya. Tindakan penanganan juga dapat diambil melalui deteksi awal untuk mencegah hipertensi paru yang semakin parah. ima/R-1

Gejala dan Deteksi Dini

Ingat Hipertensi Paru sangat sulit untuk di deteksi, sehingga Anda harus betul memahami soal penyebab dan gejala dari penyakit ini. Perlu diketahui gejala awal dari Hipertensi Paru ialah sesak nafas, pusing, nyeri dada, bengkak pada dua kaki hingga perut membesar.

Gejala-gejala itu secara umum memang musti diwaspadai, meskipun pada prakteknya Indriani menceritakan, sangat sulit memastikan serangan Hipertensi Paru dengan cepat dan pasti. Namun menurut pakar Hipertensi Paru, RS Harapan Kita, Prof Dr dr Bambang Budi Siswanto, SpJP(K), FAsCC, FAPSC, FACC, menjelaskan selain gejala, ada cara lain untuk mendeteksi keberadaan Hipertensi Paru dengan tes fisik berjalan sejauh 300 meter.

"Cara yang mudah sebenarnya adalah dengan mengukur jarak lari, orang normal itu mampu berjalan sejauh 300 meter dalam enam menit. Penderita dengan gangguan hipertensi paru, cakupan jaraknya akan lebih sedikit hanya sekitar 100 meter," jelasnya. Kemudian cara lain, menurutnya, yang bisa dilakukan ialah dengan melakukan USG jantung.

Cara ini sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan jantung bawaan maupun Hipertensi Paru. Cara sederhana untuk mendiagnosisnya juga bisa dengan rekam medis jantung. Masyarakat pun dinilai harus lebih peduli terhadap kesehatannya, tak terkecuali dari faktor risiko penyakit Hipertensi Paru.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Lucia Kris Dinarti SpPD SpJP, ahli Hipertensi Paru Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta ini menyarankan agar masyarakat untuk tidak mengkonsumsi obat pelangsing. "Obat pelangsing mengeluarkan suatu zat yang namanya serotonin, yang menyebabkan pembuluh darah pada paru menyempit," ungkap Kris. Ya, memang tak mengherankan salah satu efek samping dari konsumsi obat pelangsing ialah sesak napas. Dan efek itu adalah salah satu dugaan seseorang terpapar Hipertensi Paru.

"Orang yang konsumsi obat pelangsing kemudian memiliki hipertensi paru, sesaksesak napas. Setelah diteliti ia memiliki Hipertensi Paru yang dideteksi dengan rekam jantung dan ekokardiografi. Hipertensi ini terjadi pada jantung kanan, di mana terjadi peningkatan tekanan di pembuluh darah paru. Apabila tekanan rata-rata arteri paru itu lebih dari 25 mmHg, itu sudah dikatakan hipertensi paru," terangnya. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top