Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penyakit Herpes Zoster Dapat Muncul Seiring Bertambahnya Usia

Foto : istimewa

Para pembicara dalam konferensi pers tentang pentingnya pencegahan penyakit herpes zoster di Jakarta pada hari Rabu (24/7). Bertambahnya usia menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan sehingga virus varicella zoster (VZV) penyebab penyakit tersebut yang dorman atau tidur di sistem saraf dapat aktif kembali.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, semakin menurun pula daya tahan atau kekebalan tubuh yang menyebabkan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi menular. Hal ini biasa disebut dengan istilah Penurunan Kekebalan Terkait Usia atau Age-Related Declined in Immunity (ARDI).

Buku Panduan Herpes Zoster Indonesia (2014) menyebutkan, penyakit menular dengan mortalitas dan morbiditas tinggi yang rentan dialami oleh orang dewasa sebenarnya dapat diupayakan pencegahannya melalui vaksinasi. Oleh karenanya, penting untuk memahami tentang penyakit-penyakit menular atau infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan didukung oleh GSK Indonesia menyampaikan pentingnya upaya peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat akan penyakit infeksi menular yang dapat di cegah dengan imunisasi seperti herpes zoster atau biasa disebut cacar api.

Ketua Umum Papdi Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, menerangkan Satgas Imunisasi Dewasa Papdi juga mensosialisasikan adanya pembaruan pada Jadwal Imunisasi Dewasa 2024. Harapannya, pembaruan ini dapat membuat orang dewasa di Indonesia semakin tereduksi dan memiliki akses terhadap imunisasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi yang terdapat pada Jadwal Imunisasi Dewasa 2024.

Ada berbagai penyakit infeksi yang rentan dialami orang dewasa. Oleh karena itu, selain pembaruan tindakan pencegahan melalui vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah penyakit pneumonia, Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker serviks.

"Jadwal Imunisasi Dewasa terbaru juga menambahkan vaksin zoster untuk perlindungan terhadap penyakit herpes zoster dan komplikasinya. Untuk diketahui, herpes zoster yang juga dikenal dengan nama cacar api adalah penyakit umum yang seringkali diremehkan dan dapat menyerang individu yang sebelumnya pernah menderita cacar air," kata dr. Sally di Jakarta pada hari Rabu (24/7).

Herpes zoster menyebabkan ruam yang menyakitkan dan dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti neuralgia pasca-herpes. Penyakit ini sering terjadi pada lansia karena kekebalan tubuh yang melemah. Hal ini perlu ditangani karena biasanya tidak sembuh dengan sendirinya tanpa intervensi medis meski bukan penyakit yang mematikan.

"Sebagai dokter penyakit dalam di Indonesia, saya telah menyaksikan sendiri kebutuhan mendesak akan kebijakan yang kuat dalam menangani imunisasi dewasa. Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) adalah faktor penting yang perlu diperhatikan," ujar dr. Sally.

Penting untuk diakui bahwa seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan seseorang secara bertahap melemah karena penurunan kekebalan terkait usia. Di Asia Pasifik, banyak dari orang dewasa melewatkan kesempatan untuk vaksinasi walaupun mereka telah mengetahui manfaat dari vaksinasi.

Ia menerangkan, dalam keadaan tersebut mereka menjadi semakin rentan terhadap penurunan kekebalan tubuh dan penyakit infeksi, serta berisiko lebih tinggi terhadap kondisi kronis. Meskipun manfaatnya jelas, cakupan vaksinasi orang dewasa masih rendah. Penurunan ini membuat orang dewasa berisiko terkena berbagai penyakit, termasuk herpes zoster

Dokter penyakit dalam Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, menyatakan, herpes zoster, yang disebabkan oleh reaktivasivirus varicella-zoster(VZV), dapat terjadi lebih umum dari yang dipikirkan. Lebih dari 90 persen orang dewasa memiliki VZV yang dorman atau tidur di sistem saraf mereka.

"Seiring bertambahnya usia virus tersebut aktif kembali dan berisiko terkena herpes zoster karena penurunan fungsi kekebalan terkait usia," jelasnya.

Ia memaparkan, 1 dari 3 individu berisiko mengalami herpes zoster selama hidup mereka. Yang dirasakan penderita penyakit herpes zoster sering digambarkan seperti rasa sakit yang mendalam, membakar, menusuk, atau nyeri.

"Neuralgia pasca-herpes (NPH) adalah nyeri saraf jangka panjang yang dapat berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan atau kadang dapat bertahan selama beberapa tahun, merupakan komplikasi paling umum dari herpes zoster, ini terjadi pada 5-30 persen dari semua kasus tergantung pada usia individu," katanya.

Komplikasi lainnya termasuk infeksi saraf di sekitar mata (Herpes Zoster Oftalmikus), yang terjadi hingga 25 persen pasien. Dalam kasus yang jarang penyakit ini menyebabkan kehilangan penglihatan kejadian kardiovaskular dan serebrovaskular, seperti serangan jantung dan stroke 13, dan gangguan pendengaran.

"Dampak herpes zoster melampaui gejala fisik. Pasien dapat mengalami efek psikologis, seperti depresi dan efek sosial dan fungsional seperti penurunan kualitas hidup yang signifikan dan gangguan pada aktivitas sehari-hari, seperti berkurangnya aktivitas perkumpulan sosial, atau berpergian," katanya.

Prof. Samsuridjal menambahkan, sangat penting untuk memprioritaskan upaya pencegahan, terutama di antara populasi berisiko tinggi. Misalnya, infeksi influenza dan herpes zoster telah terbukti meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular dan neurovaskular (misalnya, serangan jantung dan stroke) dalam beberapa bulan setelah infeksi akut.

Kondisi imunokompromi seperti HIV, kanker, diabetes, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, dan bahkan tenaga kesehatan profesional berisiko tertular infeksi virus. Kondisi ini melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih sulit bagi tubuh untuk menangkis reaktivasi virus.

"Oleh karena itu, tenaga kesehatan profesional yang sering melakukan kontak dekat dengan pasien mungkin lebih rentan tertular virus varicella-zoster," terangnya.

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Papdi Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI menyoroti pentingnya pembaruan pada Jadwal Imunisasi Dewasa ini. Adanya Jadwal Imunisasi Dewasa berfungsi sebagai alat referensi penting bagi orang dewasa untuk tetap terinformasi mengenai vaksinasi yang direkomendasikan.

Pembaruan yang dibuat pada jadwal ini menandai sebagai langkah maju yang signifikan dalam perawatan kesehatan preventif dan menyoroti pentingnya imunisasi tepat waktu. Jadwal ini juga mencakup pembaruan rekomendasi untuk penyakit seperti HPV, herpes zoster, dan pneumonia pada kelompok usia tertentu.

"Sangat penting untuk memprioritaskan vaksinasi untuk individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dan kondisi medis kronis," katan dr. Sukamto.

Ia mendorong rekan-rekan tenaga kesehatan profesional dan media untuk mengetahui Jadwal Imunisasi Dewasa yang telah diperbarui dan rekomendasi spesifik yang telah diberikan oleh Satgas Imunisasi Dewasa Papdi. Penerapan pedoman dapat memastikan pasien dapat menerima vaksin yang sesuai dengan interval yang telah direkomendasikan serta meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

Menurut dr, Sukamto, vaksinasi juga menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis yang berpotensi berbiaya mahal. Akibatnya, selain memberi manfaat sosial dan ekonomi, vaksinasi pada orang dewasa dapat mencegah penyebaran penyakit serius yang dapat mengakibatkan kesehatan yang buruk, kehilangan pekerjaan, tagihan medis, dan ketidakmampuan dalam merawat keluarga.

"Mari kita tetap mengikuti perkembangan terkini, terus memberi informasi kepada diri kita dan pasien, dan bekerja sama untuk memastikan bahwa orang dewasa dalam perawatan kita menerima vaksinasi yang sesuai seperti yang direkomendasikan dalam Jadwal Imunisasi Dewasa 2024 yang dapat diakses padawww.satgasimunisasipapdi.com," katanya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Imran Pambudi, MPHM, mengakui peran penting langkah-langkah pencegahan dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dalam sebuah pernyataan, vaksinasi adalah alat penting dalam mengendalikan penyakit menular secara global.

Dengan mencegah penyebaran penyakit herpes zoster di kalangan orang dewasa, dapat melindungi kesejahteraan masyarakat kita dan meningkatkan produktivitas. Dalam platform Satu Sehat, individu katanya dapat dengan mudah mengakses informasi terkini mengenai penyakit infeksi menular dan mendapatkan pengingat vaksinasi.

"Kami juga ingin menyampaikan data terkini untuk penyakit cacar api di Indonesia yang dikumpulkan oleh Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI) dari tahun 2011 hingga 2013 2 mengungkapkan bahwa jumlah pasien herpes zoster di 13 Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia mencapai 2232 orang," katanya.

Kelompok usia yang paling banyak terkena kasus herpes zoster adalah 45-64 tahun, mencapai 37,95 persen dari total kasus. Selain itu, terdapat 593 kasus Neuralgia Pasca Herpes (NPH), dengan puncaknya terjadi pada kelompok usia 45-64, mencapai 26,5 persen dari total kasus herpes zoster.

"Statistik ini menekankan urgensi imunisasi dewasa di Indonesia. Diharapkan melalui kemitraan publik-swasta yang strategis, kita dapat memastikan bahwa populasi orang dewasa di Indonesia dapat memiliki akses pada informasi penyakit infeksi menular dan vaksin inovatif untuk memastikan cakupan imunisasi dewasa yang lebih tinggi," ujarnya.

Country Medical Doctor GSK Indonesia dr. Calvin Kwan, menuturkan selama lebih dari 65 tahun, GSK tetap berkomitmen dalam pencegahan dan pengobatan penyakit melalui penyediaan vaksin dan obat-obatan inovatif. Sebagai pemimpin global dalam penyediaan vaksin, GSK memasok vaksin ke lebih dari 160 negara, melindungi individu sepanjang hidup mereka dari berbagai penyakit.

"Setiap tahun, vaksinasi berperan penting dalam mencegah sekitar 3.5-5 juta kematian di seluruh dunia. Vaksinasi juga membantu melawan resistensi antimikroba (AMR). Pencegahan terhadap penyakit infeksi bakteri dan virus dapat mengurangi konsumsi antibiotik dan memperlambat tingkat AMR.

"Sekitar 700.000 orang meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena penyebab yang berkaitan dengan AMR. Tanpa tindakan, angka ini bisa meningkat menjadi 10 juta pada tahun 2050," ungkapnya.

Calvin menambahkan, pihaknya terus berkomitmen untuk mengembangkan vaksin baru dan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang. Pihaknya menyadari pentingnya mengikuti tren penyakit dan menginvestasikan sumber daya untuk penelitian dan pengembangan dalam mengatasi masalah yang muncul di industri kesehatan.

Selama Pekan Imunisasi Dunia dan seterusnya, GSJ melakukan upaya berkelanjutan, termasuk kampanye seperti Ayo Kita Vaksin, website edukasi penyakitwww.KenaliCacarApi.com, dan kolaborasi bersama dengan tenaga kesehatan profesional, akan terus berupaya membangun masa depan yang lebih sehat untuk masyarakat Indonesia," ucapnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top