Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Neraca Perdagangan | Rerata Produksi Minyak 561 Ribu Bph pada Semester I-2024

Penurunan "Lifting" Migas Ganggu Ekspor

Foto : ANTARA

Pekerja Pertamina Hulu Mahakam melihat proses pengerjaan proyek Bekapai Artificial Lift.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Anjloknya produksi minyak dan gas bumi atau lifting migas turut mempengaruhi penurunan ekspor pada Juni 2024. Penurunan lifting cukup anomali sebab di sisi lain cost recovery meningkat.

Cost recovery merupakan biaya yang dibayar pemerintah untuk mengganti ongkos yang dikeluarkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) selama melakukan eksplorasi minyak.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, menegaskan surplus perdagangan RI pada Juni 2024 menyempit. "Surplus perdagangan Juni sebesar 2,39 milliar dollar AS. Kendatipun merupakan surplus perdagangan selama 50 bulan berturut-turut. Namun, ini merupakan penurunan 18,30 persen (secara bulanan/mtm) dibandingkan dengan surplus 2,93 miliar dollar AS pada Mei 2024," ucapnya kepada Koran Jakarta, Selasa (16/7).

Riefky menjelaskan penurunan surplus neraca perdagangan disebabkan anjloknya ekspor dan impor secara simultan. Bahkan, ekspor turun lebih signifikan daripada impor.

Ekspor pada Juni lalu senilai 20,84 miliar dollar AS, turun 6,65 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan meningkat 1,17 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu (yoy).

Penurunan ekspor dipengaruhi oleh melemahnya ekspor migas dan nonmigas. Ekspor migas turun 13,24 persen (mtm) menjadi 1,23 miliar dollar AS, sedangkan ekspor nonmigas turun 6,21 persen (mtm) menjadi 19,61 miliar dollar AS.

"Penurunan ekspor migas disebabkan oleh penurunan lifting minyak bumi yang mencapai rata-rata 561 ribu barel per hari pada semester I-2024, turun 7,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ungkap Riefky.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Bambang Hariyadi, mempertanyakan peningkatan cost recovery dari tahun ke tahun yang tidak dibarengi oleh kenaikan lifting migas. Bahkan lifting migas tersebut cenderung terus turun.

"Cost recovery (pemulihan biaya) mulai 2022 hingga 2023 terjadi peningkatan dari 6,1 miliar dollar AS ke 9,6 miliar dollar AS, atau sekitar 58 persen. Begitu pun dari 2023 ke 2024 yang diproyeksikan menghabiskan13,9 miliar dollar AS, sementara sejak 3 tahun lifting kita turun terus, tapi biayanya naik terus," ungkapnya dalam kesempatan terpisah.

Realisasi produksi minyak di Indonesia diakui turun hingga semester I-2024. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dikutip dari dokumen Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II melaporkan realisasi Pendapatan Sumber Daya Alam Migas pada semester I-2024 mencapai 55.509,7 miliar rupiah atau 50,4 persen terhadap target APBN 2024, terkontraksi sebesar 7,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh penurunan lifting baik minyak bumi maupun gas bumi. Rata-rata lifting minyak bumi sampai dengan semester I-2024 mencapai 561 ribu barel per hari (rbph), lebih rendah dibandingkan periode sama 2023 sebesar 605 rbph. "Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan tingkat alamiah sumur migas yang tinggi sejalan dengan fasilitas produksi migas utama yang telah menua," tulis Menkeu.

Produksi Meningkat

Baca Juga :
Rupiah Masih Tertekan

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi minyak akan meningkat pada semester II-2024. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, mengatakan produksi minyak nasional pada semester I-2024 mencapai 578.272 barrel of oil per day (bopd) atau 91 persen dari target APBN 2024.

Capaian produksi itu terangnya akan meningkat pada semester II dengan masuknya kontribusi dari akselerasi pemboran sumur (termasuk program workover), salah satunya dari Banyu Urip Infill Clastic dan proyek onstream seperti lapangan Akatara dan Forel.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top