Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter - Pasar Optimistis FFR Bakal Dipangkas pada Bulan Depan

Penurunan Bunga Acuan The Fed Untungkan Pasar Modal Asia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Spekulasi pasar menguat terkait penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada September mendatang. Jika suku bunga The Fed turun pada September mendatang, maka hal tersebut akan menguntungkan pasar modal di Asia.

"Asia akan diuntungkan dengan ekspektasi pasar atas adanya siklus pelonggaran moneter tersebut," kata Director & Chief Investment Officer, Fixed Income, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula di Jakarta, Rabu (14/8).

Dia mengatakan hal tersebut dikarenakan penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) akan menekan tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS, atau US Treasury securities, secara signifikan.

Ekspektasi para pelaku pasar yang tinggi terhadap pemangkasan suku bunga tersebut, lanjutnya, membuat imbal hasil US Treasury securities untuk tenor 10 tahun yang tercatat berada pada level 4,4 persen pada Juni 2024, turun sekitar 35 basis poin pada bulan berikutnya.

"Dan bahkan sekarang imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sudah di bawah level 3,8 persen menjadi sekitar 3,7 persen. Ini efek dari ekspektasi dan optimisme penurunan suku bunga yang sudah terlihat," ucap Ezra.

Tidak hanya yield surat utang, dia menyatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed juga akan mendorong pelemahan dollar AS terhadap mata uang negara-negara lainnya, khususnya negara berkembang.

Dia pun mengatakan pelemahan mata uang global tersebut dapat memberikan keuntungan bagi negara-negara Asia, terutama di pasar modal.

"Secara historis, saat 12 kali pasar Asia lebih diunggulkan daripada pasar saham global, 9 kalinya terjadi ketika dolar AS melemah," jelas Ezra.

Selain itu, dia menuturkan saat ini ekonomi negara adidaya tersebut sedang melandai, sementara ekonomi Asia cukup kuat terlihat dari volume ekspor dan tingkat Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang cukup baik didukung oleh permintaan terhadap produk semikonduktor.

Dengan kondisi imbal hasil surat utang yang menurun, mata uang yang melemah, serta ekonomi yang melandai di AS, dia memprediksikan bahwa aliran modal asing akan lebih banyak masuk ke kawasan Asia, termasuk Indonesia.

"Dengan dollar AS yang melemah ini, maka inflow dana aliran asing juga akan masuk ke kawasan Asia, termasuk Indonesia. Jadi, pada saat suku bunga turun, inflow asing itu akan masif masuk ke negara-negara Asia," imbuh Ezra.

Perkembangan Inflasi

Seperti diketahui, the Fed mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Sebab, bank sentral berupaya mengembalikan inflasi ke target jangka panjangnya sebesar dua persen, menyusul lonjakan harga-harga akibat pandemi Covid-19.

Saat ini, inflasi AS berada di level 2,5 persen, dengan ekonomi masih terus tumbuh dan pasar tenaga kerja sedikit melemah. Karenanya, Gubernur The Fed Jerome Powell pada Juli lalu menyatakan potensi pemangkasan bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) pada September mendatang. Dengan catatan, jika data ekonomi terus menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan mereka.

Namun, sejumlah pejabat The Fed lebih berhati-hati dalam memberikan sinyal penurunan suku bunga. Anggota Dewan Gubernur The Fed, Michelle Bowman melihat inflasi akan menurun dalam beberapa bulan mendatang.

Dia memperingatkan para pembuat kebijakan untuk tetap bersabar dan tidak mengacaukan kemajuan yang telah dicapai dalam menekan inflasi, dengan bereaksi secara berlebihan terhadap satu titik data.

Bowman juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan pemangkasan suku bunga yang terlalu cepat, walaupun banyak pihak di di pasar keuangan yang mendukung pemangkasan suku bunga pada bulan September.

Sementara itu, sejumlah pelaku pasar optimistis The Fed akan memangkas suku bunga dalam rapat berikutnya pada September mendatang.

Sementara itu, CEO Bank of America Brian Moynihan mengatakan, jika The Fed tidak mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat, para konsumen AS akan kecewa. "Ketika konsumen Amerika benar-benar mulai pesimis, maka sulit untuk meyakinkan mereka kembali," ujarnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top